Keterangan jumlah korban disampaikan Moses Galoro, kepala senior wilayah tersebut pada Rabu (10/5) waktu Kenya.
"Sejauh ini kami telah kehilangan sembilan orang dan setidaknya 80 lainnya terbaring di tempat tidur di desa-desa," kata Galoro, seperti dikutip dari
AFP, Kamis (11/5).
Dia mengimbau pihak berwenang segera melakukan tindakan untuk menahan wabah dan mencegah lebih banyak kematian. Dia mengatakan enam dari yang meninggal adalah orang dewasa, dan tiga adalah anak-anak berusia antara satu dan tiga tahun.
Penyakit tersebut, yang pertama kali dilaporkan dua minggu lalu, diduga sebagai bentuk “malaria ganas” berdasarkan penyelidikan awal oleh petugas kesehatan.
Gejala yang dilaporkan termasuk penyakit seperti flu, mata kuning, sakit kepala parah, dan limpa bengkak, dengan satu korban menunjukkan tanda-tanda yang mirip dengan Kalazar, sejenis leishmaniasis visceral.
Dua bulan sebelum wabah menyebar, Lembaga Penelitian Medis Kenya menemukan adanya spesies nyamuk invasif di daerah Laisamis dan Saku di daerah Marsabit.
Departemen Kesehatan Kabupaten Marsabit mengatakan bahwa pihaknya bekerja sama dengan lembaga kesehatan lainnya, dan semua tindakan yang diperlukan diambil untuk mengidentifikasi, menahan, dan mengelola wabah.
Obat antimalaria untuk dewasa dan anak-anak, parasetamol, dan antibiotik telah tersedia untuk masyarakat sejak Selasa, obat lainnya sebagai tambahan juga telah dikirim pada Kamis.
“Kami mendorong warga untuk melakukan tindakan pencegahan seperti sering mencuci tangan dengan sabun dan air, menghindari kontak dengan orang sakit, dan mencari pertolongan medis jika mereka mengalami gejala apa pun,” kata departemen kesehatan kabupaten.
BERITA TERKAIT: