Dalam laporan itu juga disebutkan bahwa beberapa orangtua mengatakan bahwa mereka memberikan obat penghilang rasa sakit kepada anak-anak mereka untuk menghentikan tangisan ketika mereka lapar.
Yang lebih miris lagi, ada keluarga yang terpaksa menjual organ tubuh untuk bertahan hidup.
Ini adalah musim dingin kedua yang jauh lebih mencekam sejak Taliban mengambil alih dan dana asing dibekukan, hingga jutaan orang tinggal selangkah lagi dari kelaparan.
“Anak-anak kami terus menangis, dan mereka tidak tidur. Kami tidak punya makanan,†kata seorang warga bernama Abdul Wahab, seeprti dikutip dario
BBC, Jumat (25/11).
"Jadi kami pergi ke apotek, mengambil tablet dan memberikannya kepada anak-anak kami agar mereka mengantuk."
Di Herat, kota terbesar ketiga di negara itu, ada ribuan rumah kumuh yang isinya penuh dengan orang-orang yang terlantar dan terpukul oleh perang dan bencana alam.
Abdul mengatakan ada banyak orang yang memberi obat bius pada anaknya agar bisa menahan lapar.
Beberapa orang yang diwawancarai BBC menunjukkan potongan escitalopram dan tablet sertraline yang mereka katakan akan diberikan kepada anak-anak mereka. Mereka biasanya diresepkan untuk mengobati depresi dan kecemasan.
Sesungguhnya obat-obatan seperti itu ketika diberikan kepada anak kecil yang tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, dapat menyebabkan kerusakan hati, kelelahan kronis, gangguan tidur dan perilaku.
Ada beberapa warga yang berbagi beberapa potong roti setiap hari. Bila pagi meteka makan roti kering, dan malamnya, mereka mencelupkan roti itu ke dalam air agar lembab.
Di Logar, beberapa keluarga menikahkan anak perempuan mereka yang masih di bawah umur karena sudah tidak mampu lagi memberi makan. Beberapa juga menjual putri balita mereka saat tidak bisa membayar utang.
Baru-baru ini, PBB mengatakan "malapetaka" kemanusiaan kini terjadi di Afghanistan.
BERITA TERKAIT: