Namun Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) menegaskan, IAEA mengkonfirmasi bahwa IAEA tidak dibolehkan memiliki akses ke informasi yang direkam di kameranya.
"Pemantauan berlanjut, tetapi sampai kesepakatan (nuklir) tercapai, informasi tersebut akan tetap bersama kami dan mungkin akan dihapus," ujar jurubicara AEOI, Behrooz Kamalvandi, dikutip dari
ANInews, Sabtu (16/4).
Behrooz kemudian menjelaskan janji AEOI kepada IAEA pada 4 April, mengenai pemindahan beberapa fasilitas nuklir di Karaj, dekat ibu kota Teheran, ke kompleks Natanz di Iran tengah.
"Sayangnya karena operasi teroris (sabotase Israel pada Juni 2021) yang terjadi pada fasilitas Karaj, kami harus mengintensifkan langkah-langkah keamanan dan memindahkan bagian penting dari mesin ini," jelas Behrooz.
Behrooz menambahkan, sesuai dengan kesepakatan yang dicapai dengan IAEA, isu utama mengenai kegiatan masa lalu Iran yang dianggap problematik oleh PBB akan diselesaikan pada bulan Juni ini.
"Kami tidak memiliki masalah teknis saat ini, meskipun mungkin ada beberapa masalah kecil yang sedang diselesaikan," ujarnya.
Pada 2015, Iran menandatangani kesepakatan nuklir, yang secara resmi dikenal sebagai JCPOA, dengan beberapa kekuatan dunia, termasuk Amerika Serikat (AS).
Namun, mantan Presiden AS Donald Trump, telah menarik Washington keluar dari perjanjian pada Mei 2018 dan menerapkan kembali sanksi terhadap Iran, mendorong Iran untuk membatalkan beberapa komitmen nuklirnya seperti yang disepakati dalam JCPOA 2015.
Sejak April 2021, delapan putaran pembicaraan telah diadakan di ibu kota Austria, Wina, antara Iran dan pihak-pihak JCPOA yang tersisa untuk menghidupkan kembali kesepakatan itu, namun sampai saat ini JCPOA belum kembali.
BERITA TERKAIT: