Menurutnya, seruan kasar seperti pembunuhan anak-anak Rusia atau pengebirian tawanan perang sama sekali tidak dapat diterima dan merusak citra Ukraina sebagai negara Eropa yang beradab.
“Kita tidak boleh melampaui Konvensi Jenewa, yang mengizinkan penghancuran musuh di medan perang, tetapi tidak mengizinkan kita untuk mengejek tawanan perang, dan terlebih lagi menyerukan balas dendam terhadap warga sipil, anak-anak, dan tawanan perang,†kata Arestovich dalam sebuah video yang diposting di Facebook, seperti dikutip dari
RT, Selasa (22/3).
"Seruan semacam itu sangat merusak citra publik Ukraina," tambah Arestovich, mengingatkan warga Ukraina bahwa mereka juga melanggar hukum internasional dan domestik.
Psikolog dan pakar hubungan masyarakat itu secara khusus merujuk dua pernyataan kontroversial oleh tokoh masyarakat yang telah melakukan putaran selama seminggu terakhir.
Pada hari Minggu, dokter Gennadiy Druzhenko mengatakan kepada saluran TV Ukraina 24 bahwa dia telah memerintahkan unit sukarelawannya untuk mengebiri semua tahanan perang pria Rusia, "karena mereka adalah kecoak dan bukan manusia."
Druzhenko kemudian meminta maaf pada hari Senin, mengatakan dia terbawa oleh emosi dan bahwa baik dia maupun rekan-rekannya tidak pernah melukai siapa pun atau memiliki rencana untuk melakukannya.
Sebelumnya awal bulan ini, presenter Ukraina 24 Fahruddin Sharafmal berulang kali mengutip seorang penjahat perang Nazi yang mendesak warga negaranya untuk “membunuh setidaknya satu orang Moskal -istilah untuk menghina Rusia- masing-masing dan memusnahkan anak-anak Rusia sehingga bangsa Rusia itu sendiri akan binasa.
Sharafmal kemudian meminta maaf bahwa seruannya untuk genosida telah merusak reputasi Ukraina, dengan mengatakan dia menjadi emosional karena seorang temannya telah meninggal selama serangan itu.
BERITA TERKAIT: