Dia menambahkan bahwa pihaknya juga akan melakukan evaluasi mengenai bagaimana eksekusi penarikan pasukan Amerika Serikat mempengaruhi situasi kacau di lapangan.
“Akan ada banyak waktu untuk menganalisis apa yang telah terjadi dan apa yang telah terjadi dalam konteks penarikan dari Afghanistan,†kata Harris dalam konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.
“Tetapi saat ini kami sangat fokus untuk mengevakuasi warga Amerika Serikat, warga Afghanistan yang telah bekerja dengan kami dan warga Afghanistan yang rentan, termasuk perempuan dan anak-anak dan itulah fokus tunggal kami saat ini,†tegasnya, sebagaimana dikabarkan
Al Jazeera.
Penegasan itu dilontarkan Harris di tengah kritik yang meluas yang menyasar pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Kritik itu menyoroti soal penanganan penarikan pasukan Amerika Serikat dan proses evakuasi yang kacau setelah pengambilalihan kekuasaan di Afghanistan oleh kelompok militan Taliban tanggal 15 Agustus lalu.
Kondisi ini juga menambah panjang dinamika yang dibawa Harris dalam kunjungan resminya ke sejumlah negara di kawasan Asia. Harris perlu untuk meyakinkan sekutu di Asia bahwa Amerika Serikat tetap merupakan mitra yang bisa diandalkan.
Meskipun Singapura bukan sekutu di bawah perjanjian Amerika Serikat, namun negara itu tetap menjadi salah satu mitra keamanan terkuatnya di kawasan, terutama terkait dengan hubungan perdagangan yang mendalam serta untuk menyeimbangkan hubungannya dengan China.
Negara ini adalah rumah bagi pelabuhan terbesar di Asia Tenggara dan mendukung navigasi gratis yang berkelanjutan di wilayah tersebut, di mana China tumbuh semakin tegas.
“Saya menegaskan kembali dalam pertemuan kami komitmen Amerika Serikat untuk bekerja dengan sekutu dan mitra kami di sekitar Indo Pasifik untuk menegakkan ketertiban internasional berbasis aturan, dan kebebasan navigasi, termasuk di Laut China Selatan,†tegas Harris, merujuk pada perairan strategis yang disengketakan yang menjadi subyek klaim yang bersaing oleh China, Vietnam, Filipina, Taiwan, Malaysia dan Brunei.
BERITA TERKAIT: