Autin menyampaikan hal tersebut dalam sebuah pernyataan pada Kamis (24/6), menyusul jumlah tempat tidur rumah sakit dan tenaga kesehatan yang saat ini berada pada tingkat yang sangat rendah di tengah melonjaknya kasus baru Covid-19.
"Kementerian tidak akan membiarkan sistem kesehatan masyarakat runtuh. Tidak ada yang boleh menggunakan istilah ini. Kita harus bekerja sama untuk memperbaiki situasi. Jika perlu, semua sumber daya dan personel kesehatan masyarakat harus dimobilisasi secara nasional," kata Anutin," katanya, seperti dikutip dari
Bangkok Post, Jumat (25/6).
Pernyatannya juga datang setelah beberapa dokter senior mengatakan situasi wabah Covid-19 sangat kritis dengan beberapa menyarankan pemerintah harus memberlakukan penguncian di ibu kota Bangkok selama tujuh hari.
Salah satu seruan datang dari Yuwares Sittichanbuncha, kepala divisi pengobatan darurat di Rumah Sakit Ramathibodi.
"Tempat tidur ICU terisi penuh. Kita harus mulai memilih siapa yang akan pergi, dan siapa yang tidak. Jangan lengah. Tindakan pencegahan selalu penting," tulisnya di Facebook.
Sementara Kepala Pusat Penyakit Menular Baru Universitas Chulalongkorn, Dr Thiravat Hemachudha, mengumumkan di Facebook pada hari Kamis bahwa Rumah Sakit Umum Chulalongkorn telah menangguhkan pengujian Covid-19 selama empat hari sejak Minggu karena kekurangan tempat tidur dan tenaga medis.
Dia mengatakan banyak pasien datang ke rumah sakit setelah kondisi mereka memburuk karena mereka ditolak masuk rumah sakit lain karena kekurangan tempat tidur dan staf.
“Skrining pasif yang telah dilakukan sejak tahun lalu terbukti tidak berhasil dan tidak dapat mencegah wabah infeksi,†kata Thiravat.
Menanggapi usulan agar Bangkok dikunci selama tujuh hari, Anutin mengatakan usulan itu layak untuk didengarkan, tetapi harus dipertimbangkan dengan hati-hati.
BERITA TERKAIT: