Menteri Luar Negeri Ceko Jakub Kulhanek mengatakan hal itu di Czech TV, Kamis (22/4).
"Ya, 63 pegawai kedutaan Rusia akan meninggalkan Republik Ceko bersama anggota keluarganya," kata Kulhanek, seperti dikutip dari
Tass.
Ini menegaskan ancaman yang telah diteriakkan Kulhanek sehari sebelumnya.
Kulhanek, yang baru saja diangkat sebagai Menlu, pada Rabu (21/4) menyampaikan protes sekaligus ancaman kepada Duta Besar Rusia Alexander Zmeyevsky.
"Jika diplomat kami tidak diizinkan kembali ke Moskow, maka besok sore, Kamis (22/4) waktu Moskow, saya akan memutuskan untuk mengurangi jumlah diplomat Rusia di kedutaan di Praha, agar sesuai dengan jumlah staf kedutaan kami di Moskow," ancam Kulhanek.
Pada Rabu malam Kulhanek mengatakan, Republik Ceko dapat mengusir sekitar 60-an staf Kedutaan Besar Rusia dari Praha, jika Rusia tidak membuat keputusan untuk mencabut pengusiran diplomat Ceko.
Kulhanek menekankan bahwa Ceko tidak mengijinkan Rusia memiliki lebih banyak diplomat di Praha daripada yang dimiliki Ceko saat ini di kedutaan mereka di Moskow.
Namun, Rusia lebih memilih mengabaikan ancaman itu, seperti yang dikatakan Putin bahwa tidak seorang pun yang bisa memprovokasi dan mengancam Rusia.
Mendapat pengabaian seperti itu, Ukraina pun mewujudkan ancamannya pada Kamis (22/4) dengan mengusir 63 pegawai kedutaan Rusia.
Praha mengklaim Moskow terlibat dalam ledakan tahun 2014 di gudang amunisi di desa Vrbetice. Karena itu, pihak berwenang Ceko mengumumkan keputusan untuk mengusir 18 staf Kedutaan Besar Rusia yang digambarkan oleh negara tersebut sebagai perwira intelijen militer Rusia.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengajukan protes keras dengan Praha atas tindakan tersebut dan menyatakan 20 karyawan Kedutaan Besar Ceko sebagai personae non gratae.
Aksi saling balas pengusiran diplomat merupakan puncak eskalasi perselisihan kedua negara.
BERITA TERKAIT: