Terima Banyak Tekanan Dari Dunia Internasional, Emmanuel Macron Merasa Prancis Berdiri Sendirian

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 05 Desember 2020, 06:57 WIB
Terima Banyak Tekanan Dari Dunia Internasional, Emmanuel Macron Merasa Prancis Berdiri Sendirian
Presiden Prancis Emmanuel Macron/Net
rmol news logo Presiden Prancis Emmanuel Macron 'curhat' tentang sejumlah tekanan dan tudingan yang diterimanya dari dunia internasional. Mulai dari tudingan tidak liberal karena menerbitkan RUU untuk melindungi petugas polisi serta sejumlah tindakan kerasnya terhadap kelompok garis keras Islam.

Dalam sebuah wawancara yang disiarkan langsung oleh portal berita berbasis video di media sosial, Brut, pada Jumat (4/12) waktu setempat,
Macron menjawab sejumlah pertanyaan.

Antara lain tentang  kekerasan polisi, profil rasial, sekularisme dan tempat Islam dalam masyarakat Prancis, bantuan sosial bagi kaum muda, melindungi lingkungan hingga dugaan upayanya untuk pemilihan kembali pada tahun 2022.
RUU keamanan umum yang kontroversial, yang akan membatasi kebebasan menyiarkan wajah petugas polisi, telah memicu kemarahan di kalangan jurnalis. RUU itu sendiri merupakan bagian dari upaya Macron untuk mengadili pemilih sayap kanan dengan bersikap lebih tegas pada hukum dan ketertiban,

Anggota parlemen dari partai LREM yang berkuasa di Macron mengatakan pada hari Senin bahwa mereka akan mengusulkan revisi dari sebagian rancangan undang-undang tersebut.

Ditanya tentang media internasional yang mencap RUU polisinya tidak liberal, Macron mengatakan, "Hari ini, situasinya tidak memuaskan tetapi, maafkan saya, itu tidak membuat kita menjadi negara otoriter."

"Kami bukan Hongaria, Turki atau semacamnya," lanjutnya, seperti dikutip dari AFP, Jumat (4/12).

Ia bersikeras bahwa pemerintahannya tidak mengurangi kebebasan.

Protes atas rencana tersebut meningkat setelah rilis rekaman video seorang pria kulit hitam bernama Michel Zecler yang dipukuli oleh tiga petugas polisi di dalam studio musiknya sendiri awal bulan ini. Polisi yang diduga terlibat sejak itu didakwa dalam kasus tersebut.
Macron mengatakan bahwa apa yang dilakukan ketiga petugas polisi itu memang tidak dapat diterima, tetapi itu tidak berarti kekuatannya bersifat kekerasan dan rasis.

Masyarakat juga menjadi lebih beringas, kata Macron, mengatakan bahwa banyak polisi juga terluka dalam bentrokan, termasuk di Paris.

"Seorang polisi wanita dipukuli oleh pengunjuk rasa di sana. Jika Anda tidak melihat masyarakat secara keseluruhan, Anda tidak berlaku adil," kata Macron.

Macron juga mengatakan bahwa dia merasa dikecewakan oleh pemerintah dan intelektual Barat setelah guru bahasa Prancis Samuel Paty dipenggal oleh seorang Muslim berusia 18 tahun akibat menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas.

Menyusul pembunuhan Paty, Macron berjanji untuk berdiri teguh melawan serangan terhadap nilai-nilai Prancis dan pemerintahnya kemudian meluncurkan penyelidikan ke masjid yang diduga mengobarkan ideologi Islam, yang memicu protes anti-Prancis di beberapa negara Muslim dan beberapa kritik di Barat.

"Prancis diserang karena membela kebebasan berbicara. Sesungguhnya, kami di sini sendirian," ujarnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA