Para presiden dari lima negara Afrika Barat mengadakan pembicaraan sepanjang hari dengan berbagai pihak untuk mencoba mengakhiri kebuntuan politik yang telah mengguncang Mali dan telah menimbulkan kekhawatiran bahwa krisis akan merusak pertarungan regional melawan kelompok militan Islam.
"Kami telah memutuskan bahwa kami akan melaporkan kembali kepada semua kepala negara selama pertemuan luar biasa pada Senin 27 Juli," kata Presiden Nigeria sekaligus ketua dari 15 anggota blok ECOWAS regional, Mahamadou Issoufou, seperti dikutip dari
AFP, Jumat (24/7).
"ECOWAS akan mengambil langkah-langkah kuat yang akan berkontribusi pada resolusi krisis," kata Issoufou.
Dalam beberapa pekan terakhir puluhan ribu orang yang marah dan kecewa terhadap pemerintahan Presiden Ibrahim Boubacar Keita turun ke jalan untuk melakukan unjuk rasa yang memicu bentrokan dengan polisi di mana PBB mengatakan setidaknya 14 pengunjuk rasa telah tewas selama bentrokan.
Kelompok oposisi yang disebut M5-RFP yang dipimpin oleh seorang ulama Muslim Saudi, Mahmoud Dicko, mengatakan mereka tidak akan menghentikan aksi sampai Presiden Keita mundur. Hal itu meningkatkan kekhawatiran negara-negara tetangga tentang krisis yang berkepanjangan di Mali.
Usai pertemuan dengan para pemimpin Afrika Barat itu Dicko mengatakan bahwa tidak ada kemajuan dan tidak ada sesuatu yang ditawarkan yang dapat diterima oleh mereka.
"M5-RFP menuntut pengunduran diri Keita atau sesuatu yang memuaskan tuntutan kami, yang meliputi pembentukan komite penyelidikan kematian warga sipil dan pemerintah transisi," kata juru bicara kelompok itu Nouhoum Togo.
Sementara itu Issoufou mengatakan bahwa ECOWAS telah menarik garis merah atas tuntutan pihak oposisi yang menginginkan Keita untuk mengundurkan diri.
"Tidak akan ada perubahan kekuasaan yang tidak konstitusional di wilayah ECOWAS," kata Issoufou.