Kabar mengenai hal itu didapat dari postingan Direktur Departemen Ilmu Kesehatan Institut Nasional, Ballang Uppapong, di akun Facebooknya.
Seorang pejabat WHO di Thailand telah mengkonfirmasi kepada Bangkok Post pada Rabu (22/7) bahwa film dokumenter tersebut memang benar sedang diproduksi. Namun tidak ada rincian lebih lanjut dari proyek ini, seperti dikutip dari
Bangkok Post, Kamis (23/7).
Dokter Ballang berbagi sebagian dari percakapan dalam film dokumenter saat syuting di kantornya. Ballang menjawab pertanyaan tentang jumlah laboratorium yang dapat menguji Covid-19 juga tentang seberapa pentingnya untuk memiliki kapasitas lab yang besar.
“Direktur Jenderal Departemen Ilmu Kedokteran memiliki kebijakan 'one lab, one province, one-day reporting'. Saat ini, ada 207 laboratorium di seluruh negeri,†jawabnya.
Kasus yang dikonfirmasi akan segera diisolasi untuk mengurangi risiko kematian serta akan diidentifikasi, dilacak dan dikarantina, kemudian dipantau selama 14 hari, tambahnya.
Sementara itu, Thira Woratanarat, dekan Fakultas Kedokteran di Universitas Chulalongkorn, menyuarakan keprihatinannya di Facebook bahwa negara itu memiliki resiko tinggi terhadap gelombang kedua Covid-19 karena kebijakan pemerintah untuk membuka diri terhadap pengunjung asing.
“Kami sekarang menghadapi risiko lebih tinggi terkena infeksi virus yang mematikan pada saat pembatasan sedang dibuka,†kata Dr Thira.
“Pelajaran yang dipetik dari luar negeri menunjukkan wabah biasanya ditemukan dua hingga enam minggu setelah itu,†jelasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: