Dalam halaman akun Facebook-nya ia menulis kebanggaannya terhadap para pejuang bangsa itu.
“Beberapa hari terakhir ini, tentara Armenia lagi-lagi berada di puncaknya. Dan lagi-lagi, kami semua orang Armenia bangga dengan para perwira dan prajurit pemberani kami yang berpengalaman. Sayangnya, kami juga berduka atas kehilangan saudara-saudara kami yang telah meninggal. Itu juga membuat saya teringat pada kontribusi ayah saya dalam mengembangkan tentara, dan saya merasa jauh lebih bangga,†katanya, dikutip dari
News Am, Minggu (19/7).
Levon Kocharyan mengingatkan, di tengah memanasnya situasi orang-orang menggunakannya dengan melakukan penyebaran informasi yang tidak benar. “Dalam situasi seperti itu di mana ketegangan meningkat, segala informasi bisa memperkeruh keadaan,†ujarnya.
Ia mengajak semua pihak untuk meredam ketegangan dari hal yang paling dekat yaitu tidak menulis sesuatu yang tidak benar di media sosial. Menurutnya, biasanya justru orang-orang yang tidak melakukan apa-apa yang sering berkoar-koar dengan tuduhannya di media sosial.
“Orang-orang yang tidak menonjol dengan apa pun dalam hidup mereka mulai membuat tuduhan yang tidak masuk akal terhadap orang-orang yang telah membuktikan diri mereka. Dedikasikan hidup Anda pada tanah air, bukan pidato sombong atau selfie. Jadilah patriot, lakukan apa yang Anda yakini benar dan berguna, tetapi Anda tidak perlu mengajari orang lain bagaimana mereka harus mencintai tanah air dengan tuduhan-tuduhan,†tulis Levon.
Pada postingannya, Levon menambahkan sekilas tentang ayahnya.
“Patriotisme adalah ketika ayah Anda yang heroik dihukum di bawah komando langsung pemimpin negara Anda yang belum bertugas di ketentaraan dan tidak ada hubungannya dengan kemenangan rakyat Armenia. Sementara Anda memimpin pertempuran melawan musuh di perbatasan pada hari yang sama. Saya mengacu pada Komandan Tentara Korps Kementerian Pertahanan Armenia, General Grigory Khachaturov. Saya menghormati mereka yang membentuk kemenangan kami," tulisnya.
Ayahnya, Robert Kocharyan, yang memerintah Armenia sebagai presiden dari 1998 hingga 2008, baru saja dibebaskan dari penjara dengan jaminan sejumlah lebih dari 4 juta dolar AS.
Robert Kocharyan dituduh bertindak melanggar hukum dengan mengumumkan keadaan darurat pada Maret 2008, setelah terjadi sengketa dalam pemilihan umum.
Kocharyan dan tiga mantan pejabat lainnya diadili atas tuduhan menggulingkan tatanan konstitusional pada 2008 setelah pemilihan presiden. Bentrokan antara polisi dan pemrotes pada 1 Maret 2008 menyebabkan setidaknya sepuluh orang terbunuh.
Robert Kocharyan dikembalikan ke tahanan pada 25 Juni 2019. Dia menolak tuduhan itu karena bermuatan politik.