Hal ini terjadi setelah Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengumumkan tindakan pencegahan virus corona selama 30 hari di wilayah Tepi Barat yang diduduki pada hari Kamis (5/3). Langkah itu berdampak besar dalam kegiatan warga serta roda pariwisata di wilayah tersebut.
Langkah itu sendiri diambil setelah tujuh kasus virus corona ditemukan di Betlehem. Infeksi virus bernama resmi Covid-19 itu ditemukan menginfeksi para pekerja hotel yang diduga tertular dari turis asing.
Di bagian lain Tepi Barat, pasukan keamanan Palestina memiliki pos pemeriksaan sendiri dan melakukan pemeriksaan ketat, terutama pada orang asing.
Bukan hanya itu, sejumlah sekolah dan perguruan tinggi juga ditutup sementara waktu dan pesanan tiket maupun hotel wisatawan asing banyak yang dibatalkan.
Sementara itu, mulai Jumat (6/3) di sebelah selatan Yerusalem, gerbang di pos pemeriksaan utama Israel ke Betlehem ditutup da para wisatawan asing yang hendak masuk pun ditolak.
Sementara beberapa pengunjung yang masuk melalui pintu masuk lain mendapati bahwa pusat kota Bethlehem, yakni Gereja Kelahiran atau Gereja Nativitas ditutup.
"Menyedihkan karena kami benar-benar ingin mengunjungi dan melihat kota," kata seorang turis dari Belanda, Leonardo Cairoli, seperti dimuat
Reuters.
Sementara itu, Pastor Essa Thalgi dari Gereja Kelahiran mengatakan bahwa gereja sedang disanitasi dan kemungkinan akan dibuka kembali dalam 14 hari.
Akibat langkah tersebut, banyak bisnis lokal yang terganggu. Bethlehem sendiri diketahui memiliki daya tarik yang kuat bagi wisatawan asing, terutama mereka yang hendak berziarah. Setiap tahunnya, tidak kurang dari 1,5 juta wisatawan datang ke kota tersebut.
"Anda berbicara tentang bencana secara ekonomis tetapi kita harus menjaga kesehatan kita," kata salah seorang pemilik toko souvenir di Bethlehem, Nabil Giacaman.
Bukan hanya Gereja Kelahiran, langkah tersebut juga menyebabkan otoritas agama menutup sekitar 30 masjid di seluruh Tepi Barat.
BERITA TERKAIT: