Selasa (15/1), Presiden Iran Hassan Rouhani menolak dengan tegas "Trump Deal" yang berusaha menggantikan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pada 2015. Rouhani bahkan mengkritik Presiden AS Donald Trump yang selalu melanggar janjinya.
Dalam pidato yang disiarkan di televisi, Rouhani menyerukan agar AS kembali ke JCPOA yang pada 2018 telah ditinggalkannya. Alih-alih membuat kesepakatan baru yang menurutnya aneh.
"Trump Deal" yang diajukan Trump sendiri muncul setelah AS dan Iran terlibat aksi saling serang di Irak. Di mana AS memulai ketegangan dengan membunuh jenderal top Iran, Qassem Soleimani.
Berbeda dengan Iran, Inggris seperti dimuat
Reuters ternyata membuka tangan lebar-lebar untuk "Trump Deal". Perdana Menteri Boris Johnson pada Selasa (14/1) bahkan memuji Trump atas proposal yang telah dibuatnya itu.
"Perdana Menteri di London, saya tidak tahu bagaimana pendapatnya. Dia (Johnson) mengatakan “mari kita kesampingkan kesepakatan nuklir dan meletakan Trump dealâ€,†ujar Rouhani yang tampak mengutip perkataan Johnson.
Persetujuan Inggris terhadap "Trump Deal" sendiri muncul setelah Inggris, Prancis, dan Jerman secara resmi menuding Iran melanggar kesepakatan dengan melewati batas pengembangan nuklir.
Membela diri, Iran menyalahkan tiga kekuatan Eropa tersebut telah ingkar janji karena tidak dapat melindungi ekonomi Iran dari sanksi AS seperti yang sebelum-sebelumnya pernah dijanjikan.
BERITA TERKAIT: