Keputusan itu diambil untuk memungkinkan penahanan dan mengadakan pemilihan cepat.
Hal itu jelas memperdalam kebuntuan antara partai-partai politik yang bersaing atas pembentukan pemerintahan baru setelah berbulan-bulan menemui jalan buntu.
Pasca keputusan itu, pengganti Dodon, yakni mantan perdana menteri Pavel Filip, segera mengumumkan pemilihan cepat untuk bulan September mendatang.
Diketahui, krisis politik mengancam ketidakstabilan di salah satu negara terkecil dan termiskin di Eropa dan berpenduduk 3,5 juta orang itu.
Dikabarkan
Channel News Asia, Partai Sosialis yang didukung Rusia Dodon pada hari Sabtu (8/6) mengumumkan pihaknya membentuk pemerintah koalisi dengan blok ACUM pro-Eropa.
Namun Partai Demokrat Plahotniuc dari Moldova mengatakan pemerintah baru telah mencoba merebut kekuasaan atas perintah Rusia dan mengkritik penolakan Dodon untuk membubarkan parlemen setelah partai-partai melewatkan tenggat waktu yang ditentukan pada 7 Juni untuk membentuk pemerintahan.
BERITA TERKAIT: