Â
Dia adalah Harold T Martin yang mengumpulkan dokumen dan disk drive di rumahnya. Namun sejauh ini dia tidak diyakini telah menjual atau membagikan data yang dicurinya tersebut.
Â
Martin dilaporkan mengaku bersalah sebagai bagian dari kesepakatan hukuman dengan jaksa penuntut. Sebagai imbalan, jaksa penuntut telah menjatuhkan 19 dakwaan terpisah, termasuk dakwaan memata-matai.
Â
The New York Times memuat, data yang dicuri Martin tidak tanggung-tanggung, jumlahnya sebesar 50 terabyte. Data itu ditimbun Martin di rumahnya di Baltimore. Pencurian data itu bisa menjadi pencurian terbesar informasi rahasia dalam sejarah.
Â
Setidaknya enam dokumen yang ditemukan dalam kepemilikannya diklasifikasikan sebagai rahasia besar. Departemen Kehakiman mengeluarkan pernyataan yang menyebut bahwa pengungkapan tanpa izin data yang dicuri itu akan menyebabkan kerusakan luar biasa parah terhadap keamanan nasional Amerika Serikat.
Â
Data-data yang dikumpulkan itu ditumpuk selama periode 20 tahun dimana Martin bekerja di NSA dan agen-agen federal Amerika Serikat lainnya.
Â
Pengacara untuk Martin mengatakan tidak ada bukti bahwa dia mengkhianati Amerika Serikat.
Â
Di pengadilan, pengacara Martin mengatakan bahwa pengumpulan data itu adalah akibat dari "penyakit mental", bukan kejahatan atau pengkhianatan.
Â
Dikabarkan
BBC, ulah Martin diketahui setelah cache data Martin ditemukan pada tahun 2016 ketika para penyelidik memeriksa NSA, menyusul serangkaian kebocoran yang merusak oleh orang lain.