Â
Pembobolan itu terjadi hanya beberapa hari sebelum pertemuan puncak penting antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Hanoi, Vietnam.
Â
Kelompok itu dalam sebuah keterangan online, seperti dimuat
BBC (Rabu, 27/3) membantah menggunakan kekuatan dan mengatakan hal itu bukan serangan.
Â
Namun, seorang hakim pengadilan tinggi Spanyol mengatakan 10 penyerang memborgol, memukul dan menginterogasi staf kedutaan dalam insiden pada 22 Februari lalu.
Â
Masih belum jelas mengapa serangan itu dilakukan. Namun Cheollima menulis online bahwa pihaknya menanggapi situasi mendesak di kedutaan Madrid.
Â
Mereka juga mengklaim berbagi informasi dengan nilai potensial yang sangat besar dengan agen intelijen Amerika Serikat, FBI.
Â
Merujuk pada dekrit rahasia tentang investigasi yang diangkat Hakim José de la Mata, pembobolan dimulai pada pukul 16:34 waktu setempat. Sebagian besar penyusup melarikan diri pada pukul 21:40.
Â
Hakim mengatakan kelompok itu telah mengidentifikasi diri mereka sebagai anggota gerakan hak asasi manusia yang berusaha membebaskan Korea Utara.
Â
Salah satu anggota kelompok itu bernama Adrian Hong Chang. Dia diduga memperoleh akses ke kedutaan dengan meminta untuk melihat atase komersial, yang dia temui sebelumnya untuk membahas masalah bisnis.
Â
Dua anggota lain dari kelompok pembobolan itu bernama warga negara Amerika Serikat Sam Ryu, dan seorang warga Korea Selatan, Woo Ran Lee.
Â
Dokumen pengadilan menunjukkan, mereka berpisah menjadi empat kelompok dan menuju ke Portugal.
Â
Sumber yang dekat dengan penyelidikan dilaporkan mengatakan kepada surat kabar Spanyol
El PaÃs, bahwa operasi itu direncanakan dengan sempurna, seolah-olah oleh "sel militer". Para penyerang tampaknya tahu apa yang mereka cari.
Â
Pihak berwenang Spanyol mencurigai agen intelijen Amerika Serikat dan sekutu mereka mungkin terlibat dalam serangan itu.
Â
Namun ditanya soal apakah ada keterlibatan pemerintah Amerika Serikat dalam pembobolan itu, jurubicara Departemen Luar Negeri Amerika Robert Palladino membantahnya.
Â
"Pemerintah Amerika Serikat tidak ada hubungannya dengan ini," jelasnya (Selasa, 26/3).