Ada sekitar 700 kursi legislatif yang diperebutkan dalam pemilu tersebut. Pemilu dilakukan dengan cara, setiap wilayah memiliki satu kandidat. Warga hanya perlu memberikan suara untuk menunjukkan persetujuan atau penolakan atas kandidat tersebut.
Mereka yang mendapat mayoritas persetujuan akan melenggang ke kursi legislator, atau di Korea Utara dikenal dengan nama Majelis Rakyat Tertinggi. Lembaga itu adalah organ kekuasaan tertinggi di Korea Utara.
Jumlah wakil dalam majelis didasarkan pada populasi, masing-masing mewakili dari 30.000 hingga 35.000 orang.
Para kandidat yang diusung dalam pemilu tersebut berasal dari seluruh negeri dan dari semua lapisan masyarakat. Mereka dipilih oleh Partai Pekerja Korea yang berkuasa dan beberapa partai koalisi kecil lainnya yang memiliki kursi di majelis.
Pemilu legislatif di Korea Utara sendiri dilakukan setiap lima tahun sekali. Umumnya, tingkat partisipasi pemilih menyentuh angka 99 persen. Itu berarti antusiasme warga Korea Utara tergolong tinggi dalam menghadapi pesta demokrasi.
"Saya sangat bangga menjadi pemilih untuk pertama kalinya," kata seorang mahasiswi Korea Utara berusia 19 tahun Kim Ju Gyong, seperti dimuat
Voice of America.
Di bawah hukum Korea Utara, warga negara dapat memilih sejak usia 17 tahun.
Pemungutan suara sendiri dimulai sekitar pukul 10 malam tergantung pada lokasi dan berlanjut hingga larut malam.
Para pemilih menunjukkan kepada petugas pemilihan kartu identitas mereka untuk menerima surat suara. Mereka kemudian dapat memilih di balik bilik dan memasukkan kertas suara ke kotak yang disediakan.
Menariknya, foto dan profil para kandidat dipamerkan sebelum pemilihan. Hal itu membuat warga bisa mengenal perwakilan yang hendak mereka pilih.
"Kami menganggap semua orang di negara kami sebagai satu keluarga sehingga kami akan bersatu dengan satu pikiran dan kami akan memberikan suara untuk kandidat yang disepakati," kata pejabat Serikat Sosial Wanita Song Yang Ram, seperti dimuat
The Guardian.
Tidak mengherankan jika hari-hari pemilihan diwarnai dengan suasana yang meriah. Seringkali ada band-band yang memainkan musik ketika para pemilih menunggu dalam barisan, dan sekelompok orang menari untuk menyambut mereka yang sudah selesai menggunakan hak suara.
"Sistem pemilihan Korea Utara paling populer dan demokratis karena membuat semua warga negara ambil bagian dalam pemilihan organ-organ kekuasaan dengan hak yang sama," kata kantor berita resmi Korea Utara dalam laporan menjelang pemungutan suara kemarin.