Demonstrasi yang mengangkat tema "Power to the Polls" itu secara simbolis mendorong agar ada lebih banyak kandidat perempuan yang mencalonkan diri sebagai presiden sekaligus untuk memprotes kebijakan Trump.
Para perempuan tersebut mendorong awal era baru dalam aktivisme politik perempuan dan menyuarakan agar ada lebih banyak perempuan untuk terlibat dalam politik di tingkat lokal dan nasional.
"Apa yang Anda lihat satu tahun ke dalam kepresidenan Trump adalah perasaan bahwa wanita tidak memiliki kursi," kata salah satu pengunjuk rasa.
"Tujuan bagi banyak pemrotes saat ini adalah untuk mendapatkan wanita, terutama wanita kulit berwarna, terlibat dalam politik. Itu tidak berarti hanya mendaftar untuk memilih, tapi juga aktif dalam politik, jadi mencalonkan diri untuk dewan sekolah atau bahkan Kongres AS," kata pengunjuk rasa lainnya.
Pengunjuk rasa lainnya juga menyebut bahwa gagasan menunjukkan kemarahan dan frustasi atas kebijakan Trump bukan satu-satunya solusi. Cara untuk mengubah kebijakan itu adalah mendorong perempuan untuk menduduki lebih banyak posisi penting pengambil keputusan.
Aksi unjuk rasa akhir pekan kemarin terjadi di Cleveland, Richmond, Virginia, Philadelphia, New York, Austin, Texas dan sejumlah tempat lainnya.
Demonstrasi tersebut berlangsung tepat satu tahun setelah Trump menjabat, dan satu hari sebelum hari kelahiran
March of Women, sebuah demonstrasi berskala besar di seluruh dunia untuk hak asasi manusia.
Aksi tersebut merupakan tanggapan atas pernyataan yang dibuat Trump sebelum pelantikannya yang menurut para pemrotes bertentangan dengan hak-hak perempuan, diskriminatif dan ofensif. Demikian seperti dimuat
Al Jazeera.
[mel]
BERITA TERKAIT: