Kelompok itu memperkirakan bahwa jumlah kematian warga sipil di kedua negara tersebut meningkat 200 persen pada tahun 2017 dibandingkan tahun sebelumnya.
"Pada tahun 2017 perang melawan ISIS pindah ke pusat-pusat perkotaan yang paling padat penduduknya yang dikendalikan oleh kelompok tersebut, dengan hasil yang mengerikan bagi warga sipil," kata Airwars dalam sebuah pernyataan pekan ini.
"Korban ini bertepatan dengan dimulainya kepresidenan Trump," sambungnya seperti dimuat
Press TV
Menurut Airwars, koalisi tersebut melakukan hampir 11.573 serangan artileri dan udara, yang menunjukkan peningkatan sebesar 50 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Lebih dari 70 persen serangan terjadi di Suriah.
Kelompok tersebut juga mencatat bahwa 766 serangan yang dilakukan tahun lalu melukai 2.443 warga sipil di kedua negara tersebut.
Angka yang dirilis itu bertentangan dengan data dari pihak militer Amerika Serikat yang menyebutkan jumlah korban tewas keseluruhan sipil dalam operasi yang dipimpin oleh Amerika Serikat hanya berkisar di angka 600 orang sejak 2014.
Washington mengklaim bahwa serangan udara tersebut menargetkan militan, namun laporan di lapangan menunjukkan bahwa banyak warga sipil telah menjadi korban serangan tersebut.
[mel]
BERITA TERKAIT: