Menurut kepala militer Jenderal Eduardo Ano, kematian itu terjadi menyusul serangan udara dan artileri di provinsi selatan Filipina akhir pekan ini.
Ano menjelaskan bahwa pemimpin kelompok itu yakni Isnilon Hapilon, yang juga dikenal sebagai Abu Abdullah berpotensi tewas jika tidak ditangani segera.
"Dia perlu transfusi darah. Tanpa perawatan medis yang tepat, ia bisa mati," kata Ano.
Pasukan Filipina pada Kamis menjatuhkan bom dan menembakkan peluru di posisi pemberontak di pegunungan Lanao del Sur dalam upaya untuk mendesak Hapilon keluar. Provinsi ini adalah kubu kelompok pemberontak Maute, yang juga telah berjanji setia kepada Negara Islam.
Hapilon berada di daftar paling dicari di Federal Bureau of Investigation karena perannya dalam penculikan 17 warga Filipina dan tiga warga Amerika pada tahun 2001.
Salah satu dari mereka yang tewas adalah orang Indonesia tapi Ano mengatakan mereka masih menggali dan melakukan penyelidikan lebih lanjut tentang latar belakang orang asing yang tewas. Hapilon adalah dengan dua orang asing lainnya yang kewarganegaraannya tidak pasti, katanya.
Presiden Rodrigo Duterte mengimbau pada hari Jumat untuk kelompok separatis Muslim di negara itu untuk menolak afiliasi dengan ISIS. Ia memperingatkan perang akan terjadi yang akan menempatkan warga sipil dalam bahaya jika hal itu terjadi.
[mel]
BERITA TERKAIT: