India merupakan salah satu negara tujuan wisata yang cukup terkenal. Namun, kebanyakan orang hanya mengenal Taj Mahal atau Sungai Gangga sebagai icon wisata negara itu.
Nah, rangkaian perhelatan
International Buddhist Conclave (IBC) 2016 yang diadakan di New Delhi, Sarnath dan Bodhghaya, merupakan salah satu program Kementerian Pariwisata India untuk mempromosikan India sebagai negeri kelahiran agama Buddha atau The Land of Buddha.
IBC menjadi ajang rutin yang digelar Kementerian Pariwisata India. Tahun ini merupakan pelaksanaan yang kelima. Peresmian acara dilakukan di New Deli pada 2 Oktober 2016, lalu dibuka di Sarnath, negara bagian Uttar Pradesh, keesokan harinya.
Pemilihan Sarnath sebagai lokasi pembukaan karena Uttar Pradesh merupakan tanah asal kelahiran agama Buddha. India yang kini mayoritas penduduknya beragama Hindu, memiliki rekam jejak Sidharta Gautama sejak lahir hingga naik ke nirwana. Tujuh situs peninggalan Sang Budha hingga kini terawat cukup baik.
Setelah acara peresmian di New Delhi pada hari kedua, di hari ketiga para peserta diajak terbang menggunakan dua
fligth carteran ke Varanasi dan Sarnath untuk mengunjungi beberapa situs sejarah peninggalan Sang Buddha.
Varanasi merupakan kota kecil padat penduduk, sekitar 60 persen populasinya beragama Hindu, 20 persen muslim, dan sisanya beragama lain seperti Buddha, Singh dan Kristen. Pentingnya Varanasi bagi umat Hindu dan Buddha bagai Mekkah bagi umat Islam. Di kota inilah terdapat lembah Sungai Gangga, sungai suci umat Hindu. Serta Sarnath, salah satu tempat suci umat Buddha.
Varanasi merupakan kota kuno berusia lebih dari 2000 tahun yang masih hidup hingga kini. Bahkan, dikenal sebagai kota tertua yang masih hidup hingga kini. Makanya motto kota ini adalah
Varanasi the city as old as time.Rombongan IBC 2016 memasuki Varanasi melalui Lal Bahadur Shastri International Airport. Pemerintah negara bagian Uttar Pradesh menyambut istimewa kedatangan ratusan peserta IBC 2016. Satu per satu peserta mendapat kalungan bunga dan permainan musik tradisional India saat melangkah di atas karpet merah.
Dari bandara para peserta IBC diangkut menggunakan sejumlah bus eksekutif menuju Sungai Gangga untuk menyaksikan upacara Gangga Aarti. Dalam perjalanan dari bandara menuju Gangga, tour guide menjelaskan makna Sungai Gangga bagi umat Hindu dan upacara Gangga Aarti.
Gangga Aarti merupakan upacara Hindu untuk menyembah Dewa Shiwa, Sungai Gangga, api dan alam semesta. Ritual pemujaan dilakukan sejak matahari terbenam hingga malam.
Pada upacara ini sekelompok pendeta muda dan gadis melakukan beberapa ritual di salah satu sisi Sungai Gangga di hadapan para pengunjung yang menyaksikan upacara. Ritual ini melibatkan banyak lilin, obor besi, asap dupa, lonceng dan nyanyian, sehingga berkesan meriah menghabiskan beberapa jam pada malam itu di tepi Sungai Gangga, sebelum ke hotel untuk istirahat.
Selain dikenal sebagai pusat ziarah umat Hindu, Varanasi juga dikenal sebagai tempat keagamaan terkenal bagi umat Buddha. Tempat suci umat Buddha di Varanasi letaknya di Sarnath, yang kami kunjungi pada hari keempat.
"Sarnath merupakan tempat pertama kali Sang Buddha menjabarkan Dharma saat menyampaikan kotbah pertama," jelas Phramaha Surasak Prajantasen, Ph.D, biksu anggota delegasi Thailand yang menamatkan studi buddhisme dan filsafat di Hyderabad University.
Sarnath terletak sekitar 13 kilometer sebelah timur laut Varanasi. Hampir seluruh bangunan kuno di Sarnath rusak dan hancur akibat serangan Turki pada masa lampau. Namun, di antara reruntuhan yang masih ada adalah Stupa Dharmekh yang dipakai sebagai tempat khotbah pertama sekitar tahun 200 SM.
Reruntuhan lainnya yang hancur adalah Vihara Mulagandhakuti. Ini dulunya dipakai Budha untuk meditasi di saat musim hujan pertama. Di sebelah timurnya ada Vihara Mulagandhakuti yang lebih modern dengan lukisan dinding yang indah. Di sini ada enam patung buddha berlapis emas persembahan masyarakat Buddha Asia.
Di balik Mulagandhakuti adalah Taman Rusa, yang dipertahankan sebagai sebuah taman hewan terbuka dan masih terdapat banyak rusa. Ada juga sebuah pohon Bodhi yang ditanam oleh Anagarika Dharmapala.
Bersambung
BERITA TERKAIT: