AS-Rusia: Gencatan Senjata Di Suriah Tidak Berlaku Untuk Teroris

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Selasa, 23 Februari 2016, 08:05 WIB
AS-Rusia: Gencatan Senjata Di Suriah Tidak Berlaku Untuk Teroris
putin dan obama/net
rmol news logo Gedung Putih menyatakan bahwa Presiden Barack Obama telah menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin menanggapi permintaan dari Putin untuk membahas gencatan senjata di Suriah.

Setelah komunikasi melalui telepon itu, sebuah pernyataan bersama Rusia-AS dirilis. Hasilnya, gencatan senjata diterapkan pada Sabtu mendatang (27/2). Demikian dikutip dari BBC.

Namun, gencatan itu hanya berlaku untuk pihak-pihak di Suriah yang telah menunjukkan komitmen mereka. Gencatan senjata tidak berlaku untuk ISIS, Front al Nusra dan organisasi lainnya yang telah ditetapkan PBB sebagai kelompok teroris.

Pernyataan bersama itu tegas menyebutkan, serangan udara oleh pasukan Suriah, Rusia dan koalisi pimpinan AS terhadap kelompok-kelompok teroris itu akan terus berlanjut.

Diatur pula bahwa kelompok-kelompok bersenjata yang ingin mengambil bagian dalam gencatan senjata harus mengkonfirmasi partisipasi mereka sehari sebelum gencatan senjata resmi diberlakukan.

Kelompok oposisi utama di Suriah, yang disebut Komite Negosiasi Tingkat Tinggi, menyatakan akan menerima gencatan senjata, tetapi tergantung pada penghentian pengepungan dan serangan terhadap warga sipil oleh pasukan Suriah, pembebasan tahanan dari pihak mereka, serta komitmen pengiriman bantuan.

Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, menyambut kesepakatan itu. Ia mengatakan, jika gencatan senjata dipatuhi, maka tidak saja akan menurunkan eskalasi kekerasan, tetapi juga memperluas pengiriman bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan untuk daerah yang terkepung.

Presiden Suriah, Bashar Assad, sendiri mengatakan ia siap menerima gencatan senjata dengan catatan kelompok teroris tidak mengambil keuntungan dari kesepakatan itu.

Lebih dari 250.000 warga Suriah telah tewas dalam konflik bersenjata yang berlangsung sejak Maret 2011. Sekitar 11 juta orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka, empat juta diantaranya melarikan diri ke luar negeri. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA