Sebagian besar dari 27 orang yang tersisa dalam timbunan hampir dipastikan telah meninggal dunia.
Gempa 6,4 SR pada Sabtu lalu itu telah melukai sedikitnya 500 orang. Sekitar 200 orang berhasil diselamatkan, sementara puluhan orang lain masih dirawat di rumah sakit. Sebelumnya, seorang bayi perempuan berusia enam bulan yang berhasil diselamatkan dari reruntuhan dinyatakan wafat di rumah sakit.
Ratusan tentara dilibatkan dalam upaya penyelamatan, dengan bantuan peralatan berteknologi tinggi, anjing pelacak dan crane. Tempat penampungan terus disediakan buat para korban yang telah kehilangan rumah mereka.
Data sensus menyebut bahwa ada sekitar 260 orang yang tinggal di apartemen nahas itu. Namun, jumlah itu kemungkinan berlipat ganda menjadi lebih dari 300 orang mengingat banyaknya tamu berdatangan ke apartemen menjelang Tahun Baru Cina atau Imlek.
Wartawan
BBC, di Kota Tainan, melaporkan bahwa para keluarga korban mulai putus asa menunggu kabar keselamatan kerabat mereka.
Walikota Tainan, William Lai, mengatakan pihaknya menyiapkan proses penyelidikan atas fakta ketidaklayakan bangunan apartemen yang menyebabkan tingginya angka korban gempa.
"Kami juga telah menugaskan tiga badan independen untuk menyimpan bukti selama penyelamatan, sehingga kami dapat membantu warga jika mereka ingin mengajukan tuntutan hukum di masa depan. Kami akan meminta pihak pembangun agar bertanggung jawab jika mereka telah melanggar hukum,†terang Lai.
Tainan sendiri menjadi tempat yang dihuni sekitar 16.000 WNI yang mayoritas bekerja di sektor manufaktur atau perawat warga Lansia. Kaohsiung dan kabupaten Pingtung adalah dua wilayah lain yang terkena dampak paling parah dari gempa. Dia kedua tempat terakhir itu juga banyak terdapat WNI.
Sejauh ini kabar resmi menyebut sedikitnya tiga orang WNI menjadi korban tewas musibah alam tersebut.
[ald]
BERITA TERKAIT: