Kekhawatiran ini disampaikan Presiden Konfederasi Jurnalis ASEAN (CAJ) Benny Antiporda dalam keterangan yang diterima redaksi Sabtu pagi (5/7).
Secara khusus, sebut Benny, aksi China mempengaruhi hubungi negara itu dengan dua tetangganya yang merupakan anggota ASEAN, yakni Filipina dan Vietnam. Kedua negara itu menjadi korban kesewenang-wenangan atau
bullying politik luar negeri China di Asia Tenggara.
“Kami sebut aksi China itu sebagai tindakan sewenang-wenang karena mereka menggunakan kekuatan ekonomi dan militer mereka untuk menekan negara tetangga mereka yang lebih kecil untuk mendukung klaim mereka atas teritori tanpa mempertimbangkan fakta sejarah, tradisi dan hubungan damai yang telah terjalin sejak lama antara China dan negeri-negeri di kawasan ASEAN, bahkan sebelum kehadiran negara-negara Barat di kawasan ini,†urai Benny menjelaskan.
Sebagai organisasi yang memayungi organisasi media di Asia Tenggara, CAJ mndukung semua upaya yang dilakukan pemerintahan negara ASEAN yang terdampak oleh agresifitas China dan pihak-pihak lain untuk menyelesaikan persoalan ini dengan damai.
“Sebagai anggota-pemimpin PBB China seharusnya memberikan contoh dengan penghargaannya pada integritas teritori tetangganya, mematuhi hukum dan menerima pentingnya arbitrase internasional dalam menyelesaikan sengketa ini,†kata Benny lagi.
Sementara untuk jurnalis di kawasan Asia Tenggara, Benny berpesan agar mendidik dan menginformasikan kepada masyarakat di masing-masing negara mengenai persoalan yang sedang dihadapi kawasan Asia Tenggara dengan China dan bersama-sama mengajak China agar kembali ke meja perundingan.
Jurnalis juga perlu mengingatkan China bahwa agresifitasnya itu tidak akan menghasilkan kehormatan, melainkan justru akan mengisolasinya dari pandangan dunia.
[mel]
BERITA TERKAIT: