PEMILIHAN PAUS

Konklaf Hari Kedua, Menimbang Calon dari Italia dan Ghana?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Rabu, 13 Maret 2013, 15:55 WIB
Konklaf Hari Kedua, Menimbang Calon dari Italia dan Ghana?
angelo scola dan peter turkson/afp, ap
rmol news logo Gereja Katolik Roma belum memiliki Paus baru pada hari pertama konklaf di Vatikan. Asap hitam mengepul dari cerobong asap Kapel Sistina.

Hari ini (Rabu, 13/3), 115 kardinal yang diisolasi di Kapel Sistina akan melanjutkan konklaf hari kedua pada pukul 10.30 waktu Roma.

Para kardinal akan menjalani empat sesi kesempatan untuk memilih, dua kali di pagi hari dan dua kali di petang hari, di dalam gereja kecil yang ternama akan lukisan langit karya Michelangelo itu.

Paus baru terpilih ketika satu kandidat mencapai suara mayoritas, 2/3 atau minimal 77 suara. Biasanya, asap putih akan melayang dari cerobong asap Kapel Sistina sekitar satu jam setelah pemungutan suara yang melahirkan Paus baru.

Jika pemungutan suara pertama tidak menghasilkan Paus baru, tidak ada asap yang muncul dari atap Kapel Sistine. Para kardinal kemudian akan memilih lagi. Jika suara kedua juga tidak menghasilkan keputusan mayoritas, asap hitam akan muncul.

Asap berasal dari surat suara yang mereka bakar setelah pemungutan suara. Surat suara yang digunakan dalam pemungutan suara sejatinya menghasilkan asap putih. Tungku lainnya menambahkan asap hitam untuk sinyal bahwa tidak ada Paus telah dipilih.

Kadang ada kesulitan untuk membedakan warna asap putih atau hitam, yang terkadang berwarna abu-abu. Tapi ada tanda lain yang lebih jelas. Jika asap memang putih, lonceng gereja di Vatikan akan berdentang untuk merayakan.

Dalam sejarahnya, tradisi konklaf yang bermula pada 1268, tidak boleh terlalu lama. Awal tradisi konklaf sendiri dikarenakan pemilihan Paus baru saat itu tak kunjung menemui kesepakatan, bahkan para kardinal kala itu bermusyawarah sepanjang tiga tahun.

Konklaf terpanjang di 100 tahun terakhir membutuhkan lima hari untuk memilih Paus baru.

Salah satu kandidat terkuat penerus Benediktus XVI adalah Kardinal Angelo Scola, berusia 71 tahun. Bahkan dua rumah taruhan di Inggris dan Irlandia menetapkannya menjadi favorit teratas. Dia pernah mengepalai gereja di Venesia dan kini bertugas sebagai Uskup Agung Milan. 

Kabarnya, kemarin Scola mendapat pengawalan agak lebih ketat oleh aparat keamanan Vatikan. Walau sebetulnya itu bukan satu-satunya tanda dan jaminan bahwa ia bakal menjadi Paus.

Dikutip dari beberapa media, Scola adalah tokoh agama yang kontroversial terkait ajarannya yang bersentuhan dengan Teologi Pembebasan, yang diyakini Vatikan telah disusupi ajaran Marxisme.

Dia memiliki hubungan dekat dengan kelompok berpengaruh dan konservatif, Komuni dan Pembebasan. Dia juga banyak bekerja keras memperkuat hubungan Katolik-Muslim.

Kardinal Peter Turkson dari Ghana, dinilai oleh pengamat Vatikan sebagai pesaing utama dari Afrika.

Dikutip dari CNN, ribuan umat Katolik dari benua hitam Afrika, menyatakan harapan mereka agar Paus berikutnya akan menjadi yang pertama dari benua mereka.

Mayoritas dari mereka juga percaya, dengan terpilihnya Paus dari Afrika maka Gereja Katolik akan menjadi lebih konservatif. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA