Sekolah Ramah Anak Berbasis Bebas Kekerasan Masih Jarang
| Selasa, 07 Agustus 2018, 10:41 WIB
Seluruh sekolah di Indonesia harus mewujudkan konsep Sekolah Ramah Anak (SRA) yang aman, nyaman, bersih, sehat, peduli dan berbudaya. Sehingga proses belajar mengajar di sekolah bisa berjalan dengan baik dan anak bisa mengembangkan potensinya.
"Sekolah Ramah Anak haruslah menjamin pemenuhan hak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi dan perlakuan salah. Sehingga anak dapat mengembangkan kreativitasnya, seperti sekolah yang kita kunjungi sekarang," kata anggota Komisi VIII DPR, Wenny Haryanto saat kunjungan kera di SRA di SMP Dwijendra Denpasar, Dangin Puri Kangin, Denpasar Utara, Kota Denpasar, Bali, Selasa (31/7) pekan lalu.
Wenny menjelaskan, sebenarnya konsep SRA sudah lama diterapkan di setiap sekolah-sekolah. Namun yang sudah memasyarakat adalah sekolah ramah anak bersih dan SRA yang berbasis lingkungan.
Sedangkan, SRA berbasis bebas kekerasan, diskriminasi dan perlakuan salah masih jarang diterapkan.
Lebih lanjut politisi Partai Golkar ini menjelaskan, untuk mewujudkan SRA ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Di antaranya menurut Wenny harus adanya komitmen dengan kebijakan, pelaksanaan proses pembelajaran dan tenaga pendidik yang memahami hak anak, sarana dan prasarana SRA, juga partisipasi ortu/ wali/ lembaga masyarakat, dunia usaha, alumni, dan pemangku kepentingan lainnya.
"Kita harus bisa mengetahui potensi kekerasan terhadap anak yang bisa terjadi di sekolah diantaranya jenis kasus yang terjadi di sekolah, yaitu kekerasan pada siswa oleh temannya, yang dilakukan oleh guru atau kepala sekolah, tindak kekerasan pada kegiatan sekolah seperti ekstrakulikuler dan tawuran antar pelajar, untuk itu harus ada cara penanganan dalam penanggulangan kekerasan, sanksi bagi pelaku dan upaya pencegahan kekerasan yang terjadi disekolah. Dengan melindungi anak dari kekerasan berarti kita sedang menyelamatkan masa depan bangsa," papar Wenny.
[wid/***]