Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)

Agus Marto Wariskan Rupiah Yang Melemah

| Rabu, 23 Mei 2018, 07:58 WIB
Agus Marto Wariskan Rupiah Yang Melemah

Agus Martowardojo/Net

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo akan mengakhiri jabatannya sebagai orang nomor satu di bank sentral setelah lima tahun menjabat.

Agus diangkat menjadi gubernur BI pada Mei 2013 saat kurs dolar di posisi Rp 9.700. Sedangkan saat ini nilai tukar dolar AS sudah mencapai Rp 14.200. Perjalanan rupiah selama lima tahun BI di bawah kepemimpinan Agus pun telah menjadi catatan tersendiri.

"Alhamdulillah, Bapak Agus mewarikan legacy kepada kita nilai tukar dolar AS di angka Rp 14.200 dan ini akan dicatat oleh bangsa dan negara kita,” kata anggota Komisi XI DPR, Mukhamad Misbakhun dalam rapat kerja Komisi XI DPR dengan BI di gedung Nusantara I Senayan, Jakarta.

Agenda rapat kerja itu adalah pelaporan tentang capaian Gubernur BI Agus Martowardojo selama menjabat periode 2013-2018.

Misbakhun menambahkan, ada selisih Rp 4.200 dalam hal kurs dolar AS saat Agus mulai menduduki posisi Gubernur BI dengan akhir masa jabatannya.

Misbakhun menegaskan, selisih dan perjalanan rupiah belakangan ini harus menjadi catatan bagi Gubernur BI baru pengganti Agus. Menurutnya, harus ada solusi kongkret untuk mengangkat nilai tukar rupiah.

"Angka Rp 14.200 ini akan menjadi sebuah notifikasi baru bagi kita, akan ke mana nilai tukar ini kita dibawa? Apakah kita akan melakukan redominasi, atau akan kita turunkan melalui mekanisme yang ada?" ujar Misbakhun.

Politisi muda Golkar itu menambahkan, cadangan devisa RI pada akhir April lalu di angka 124,9 miliar dolar AS. Sedangkan kini jumlah devisa turun menjadi 105,2 miliar dolar AS karena ada operasi moneter ketika kurs dolar AS memasuki zona Rp 14 ribu.

Misbakhun pun mempertanyakan efektivitas operasi moneter yang dilakukan BI. Padahal, saat ini BI tak hanya memiliki undang-undang (UU) tersendiri, tetapi juga diperkuat dengan UU Transfer Dana dan UU Devisa Bebas.

Menurut Misbakhun, fundamental ekonomi Indonesia yang kuat seharusnya tak terlalu terpengaruh gejolak di mancanegara. Selain itu, kata mantan pegawai Kementerian Keuangan itu, harus ada strategi panjang ke depan untuk membangun bank sentral.

"Review panjang saya ini menjadi bahan refleksi bagaimana BI ke depan dikelola. Bagaimana BI ke depan dijalankan dan dioperasionalkan menjadi kebijakan moneter yang memberi dampak langsung terhadap kemakmuran rakyat," demikian Misbakhun. [wid/***]

1xx

Kolom Komentar

Artikel Lainnya

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)