Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)

BOM KAMPUNG MELAYU

Komisi III Pertanyakan Peran BNPT Dan Densus 88 Dalam Menangani Teror

Laporan: Ruslan Tambak | Senin, 29 Mei 2017, 12:58 WIB
Komisi III Pertanyakan Peran BNPT Dan Densus 88 Dalam Menangani Teror

Foto/Net

. Komisi III DPR RI mempertanyakan peran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Densus 88 Antiteror Polri, terkait dengan ledakan bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta Timur.

Hal itu diungkapkan Anggota Komisi III DPR Wihadi Wiyanto melihat pola yang ada, bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu dan di Manchester, sudah terjadwalkan.

"BNPT seharusnya sudah bisa mendeteksi. Saya pertanyakan disini ketua BNPT (Suhardi Alius) yang baru, mana progressnya, apa kerjanya kok selama ini diam-diam saja. Tidak ada suatu hal yang dilakukan, mana program-programnya. Sementara BNPT itu mitra kita juga. Kita tidak melihat peran yang berarti dari BNPT," kata politisi Partai Gerindra itu dalam rilis Parlementaria, Senin (29/5).

Sedangkan, Anggota Komisi III DPR Daeng Muhammad mengatakan, tidak ada satu agama pun yang membolehkan persoalan terorisme, ia mengecam hal tersebut.

Dalam kesempatan tersebut, Daeng tidak mempersoalkan cepatnya reaksi dari kepolisian, tapi mempertanyakan bagaimana upaya Densus 88 Antiteror Polri dalam mencegah kasus radikalisme di Indoneia.

"Bukan persoalan bagaimana cepatnya reaksi kepolisian, bukan juga persoalan responsibilty kepolisian terhadap kasus kasus terorisme, tapi bagaimana upaya pencegahan terhadap kasus-kasus radikalisme di republik ini," paparnya.

Menurut politisi PAN itu, radikalisme itu muncul karena ketidakpuasan. Tujuan terorisme adalah instabilitas ketakutan yang menginginkan negara ini akhirnya terpecah karena persoalan-persoalam seperti itu.

"Oleh karena itu, upaya-upaya apa yang harus dilakukan para penegak hukum kita terutama kepolisian yang bertanggungjawab secara undang-undang untuk melakukan keamanan terhadap negara ini. Bagaimana respon terhadap pola pencegahan, pendekatan-pendekatan apa yang digunakan, secara spiritualismekah kebudayaankah. Sehingga mereka mampu memahami bagaimana polarisasi bernegara yang tidak perlu lagi dengan pola-pola seperti terorisme," tandas Daeng Muhammad. [rus]
1xx

Kolom Komentar

Artikel Lainnya

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)