"Mindset awalnya sesaÂma coach (pelatih) adalah jangan jadi saingan. Kita berempat (jadi coach), aku, Ari Lasso, Kaka Slank, dan Judika tuh, adalah kita bukan pesaing buat berebut konÂtestan. Sama aku aja, ah ini aku banget genre-nya. Nggak gitu," beber Agnez saat dijumpai
Rakyat Merdeka.
"Yang jadi fokus aku adalah kontestan. Aku nggak mau nantiÂnya malah terkeÂsan maksain, posesif. Misal si kontestan ini jenis suaranya bakal lebih baÂgus lagi kalau bukan di tangan aku, tapi di tangan coach lain. Itu sih strategi aku. Jadi nggak bisa maksa dan asal pencet tombol (milih kontestan)," lanÂjut pacar pebasket Wijaya Saputra ini.
Penyanyi KamaÂsean dan Regina adaÂlah hasil 'didikan' Agnez yang kini lumayan sukses di blantika musik Tanah Air. Ingin melakukan hal yang sama, ia pun menginginkan pemenang tiga besar dari
The Voice adalah yang penyanyi yang memiliki bakat bernyanyi baik.
"Stategi ini dibangun demi kebaikan konÂtestan. Ya memang, di sini hasilnya adalah menang atau kalah. Jadi ya konsisten aja. Makanya chemistry yang dibangun aku dan ketiga coach lain bukan persaingan," ucap Agnez.
"
The Voice ini dijamin bakal jadi tontonan menarik bukan buat menang-menangan atau maksudnya cari yang menang," tandas pemilik jargon go international ini.
Adapun Head of Production OpÂeration Departement RCTI, Fabian Dharmawan mengaku, pihaknya melakukan banyak hal agar membuat program
The Voice bisa lebih menarik dan berbeda dari ajang pencarian bakat yang lain.
"Kita fokus dengan kualiÂtas. Empat nama coach ini ini sebagai forÂmula yang bagus agar kontestan mendapat paket lengkap. Kita ngÂgak fokus empat nama ini untuk menaikkan ratÂing, tapi juga goal fashion, public figure seÂlalu jadi standar. ***
BERITA TERKAIT: