"Perlindungan harus kongkret. Saya melihat kasus penyerbuan sekelompok orang yang berbeda pandangan kepada pertemuan komunitas LGBT seperti yang terjadi di Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta beberapa waktu yang lalu terkesan dibiarkan. Polisi ada di lokasi tapi tidak bertindak terhadap penyerbu," ungkap Lola mencontohkan kasus penyerangan terhadap komunitas LGBT.
Menurut Lola, sikap agresif seperti ini bisa berkembang dan mengganggu aspek kehidupan masyarakat yang lain, termasuk kesenian.
"Bisa-bisa
filmmaker akan takut membuat film tentang LGBT karena ancaman yang sama. Mereka dengan kekerasan bisa memaksa film itu diturunkan dari bioskop. Ini ancaman terhadap kebebasan berkesenian," khawatir perempuan yang memiliki hobi
diving ini.
Lola berharap pemerintahan Jokowi-JK ini lebih memiliki ketegasan dan sikap intoleransi yang tinggi terhadap bentuk-bentuk kekerasan yang bisa membahayakan kebebasan.
"Ini momentum kuat bagi pemerintah untuk mewujudkan harapan-harapan masyarakat termasuk menjaga kebebasan dan memberikan perlindungan kepada semua lapisan," ujarnya mengakhiri pidatonya.
Konferensi yang diselenggarakan oleh
Watch Indonesia! dan berlangsung di 3 kota yaitu Berlin, Hamburg dan Koln ini juga akan memutar film 'Sanubari Jakarta' karya Lola Amaria dkk. Beberapa pembicara lain yang ikut serta adalah Earenya Guerra
(Watch Indonesia!), Dr. Theodor Rathgeber
(Forum Human Right Berlin), Vika Kirchenbauer (Artis dan Filmmaker) dan Alex Flor. Selain Lola Amaria, pembicara dari Indonesia yang hadir adalah Dr. Dede Oetomo, akademisi sekaligus aktivis dan pendiri GaYa Nusantara di Surabaya.
[did]