RMOL. Hubungan Indonesia dan Malaysia kembali menegang. Kali ini, kontroversi dipicu niat negeri jiran itu meregistrasikan tari Tor-Tor dan alat musik Gondang Sambilan dalam akta warisan negara mereka. Namun, tak seperti kebanyakan masyarakat Indonesia yang marah, beberapa selebriti kepada Rakyat Merdeka justru bersikap kalem. “Ini salah pemerintah dan kita sendiri,†ujar mereka kompak.
Endhita tak mau suudzon terhadap niat Malaysia mendaftarkan tarian Tor-Tor ke UNESCO. Bagi pemain film Tanda Tanya ini, tarian itu bisa saja dimainkan oleh orang Sumatera yang berdomisili di Malaysia.
“Orang Malaysia kan juga punya pikiran sendiri. Penduduk di sana juga mungkin berasal dari daerah Sumatera. Nggak bisa nyaÂlahin juga jadinya kalau dia merasa memiliki,†kata Endhita.
Menurut dia, kemarahan dan protes sebaÂgian orang berasal ketidaktahuan maÂsyarakat mengenai kejadian yang sebenarnya.
“Saya sendiri juga nggak nyalahin orang InÂdonesia yang marah-marah karena mungkin juga tidak tahu masalah yang sebenarnya, hanya berita dari media yang membesarkan,†tuturnya.
Meski begitu, istri gitaris Ungu, Onchi ini merasa polemik dimulai dari ketidakpedulian pemerintah dan masyarakat Indonesia yang cuek sama kesenian nasional. Banyak tarian dan bentuk seni lain yang selama ini tidak dikenali, malah dilupakan.
“Pas ada masalah baru deh semua perhatian lalu gembar-gembor merasa memiliki. Tapi pas lagi tenang diperhatikan juga nggak, diurus juga nggak,†kata sang model yang kini sedang hamil lima bulan.
Sejauh ini, Endhita kagum dengan PeÂmerintah Malaysia yang mampu mengÂoptiÂmalkan kebudayaan sendiri hingga menarik wisatawan mancanegara. Saking optimis dan kreatifnya Malaysia, kunjungan wisatawan ke negeri Jiran itu sampai 24 juta orang per tahun.
“Indonesia yang begini luas dan begitu banyak kesenian baru bisa mendatangkan 7 juta wisman,†sesalnya.
Endhita berpendapat, klaim tarian Tor-Tor oleh Malaysia bisa saja bagian upaya Malaysia untuk menarik wisman ke negaranya. Kalau begitu, apa memengaruhi kunjungan wisman ke Indonesia?
“Pengaruh banget ke pariwisata kita sih sebenarnya nggak ya. Karena kan kita punya promo masing-masing. Kita punya penggeÂmarÂnya sendiri-sendiri. Misalnya ada wisman yang suka Malaysia tapi suka juga Bali,†tandasnya.
Pada 2006, Endhita sempat menjadi duta pariwisata Malaysia. Dikisahkan, lolos dan terpilihnya dia kala itu melalui beberapa tahap casting. Hasilnya pun memuaskan. WawaÂsannya tentang Malaysia bertambah banyak, tidak sebatas Kuala Lumpur saja.
“Waktu itu tujuan utamanya jelas, PemeÂrintah Malaysia ingin memperkenalkan dan mengembangkan daerah pariwisatanya. Juga saling tukar informasi tentang pariwisata Malaysia dengan Indonesia,†bebernya.
Sebagai negara yang mayoritas memeluk agama Islam, Endhita respek terhadap PeÂmerintah Malaysia yang cukup menjunjung tinggi nilai-nilai perbedaan. “Mereka tetap open deÂngan batasan-batasan yang jelas,†jelas Endhita.
Tapi bagaimana pun Endhita masih bangga sebagai Warga Negara Indonesia. Banyak perkembangan, terutama di dunia modelling yang menurutnya masih unggul dibandingkan Malaysia. [Harian Rakyat Merdeka]
Shinta Bachir, Banyak Utang Negara Jual Aset
Salah satu warga yang prihatin, sedih plus kecewa dengan kabar klaim Malaysia atas tarian Tor-Tor itu adalah Shinta Bachir. Hanya tahu dari media saja, Shinta sudah merasa Malaysia kembali ‘menjajah’ Indonesia.
“Saya kecewa banget. Indonesia sudah merdeka, tapi masih saja dijajah oleh bangsa dan negara lain. Negara kita kebanyakan korupsinya sih, jadi suka berantem satu sama lainnya, makanya kita harus bersatu untuk tegas membela negara kita sendiri,†seru Shinta.
Artis hot yang pernah jadi simpanan eks Kapolda Metro Jaya ini merasa Indonesia lah yang salah ketika isu perampasan seni dan budaya muncul. Alasan ketidaktegasan, kata Shinta, dikarenakan negeri tercinta ini kebanyakan hutang sama negara lain. Lho kok bisa?
“Menurut aku pemerintah itu kurang tegas. InÂdonesia sebenarnya punya utang-utang yang besar, jadi menjual aset-aset negara. Makanya negara lain merasa aset Indonesia itu aset dari negaranya sendiri,†papar bintang film Mama Minta Pulsa ini.
“Setahu aku, ada prasasti, situs- situs bahkan patung purbakala dimiliki orang asing. Itu kan berarti bisa dan gampang dibeli,†sambung Shinta.
Hukum di Indonesia, katanya belum benar-benar ditegakkan. Buktinya, di Indonesia hukum bisa dibeli dengan uang. Shinta berharap, permasalahan pengklaiman yang dilakukan Malaysia cepat selesai dan tidak terulang kembali.
“Kita harus tegas mulai sekarang. Malaysia bisa minta maaf kepada Indonesia, dan semoga tidak ada lagi pengambilan aset negara kita oleh Malaysia atau negara lainnya,†tuturnya.
“Kita nggak pikir panjang, terkadang banyak sumberdaya bisa dimanfaatkan, dijual juga. Kalau begitu, amsyong deh,†imbuh Shinta.
Namun dipahami pula olehnya, ketidakpedulian masyarakat Indonesia juga ada alasannya. Bagaimana bisa peka dan selalu saling jaga kalau kebutuhan hidup tak terpenuhi, kemiskinan merajalela. “Gimana masyarakat mau peduli, cari makan aja susah. Boro-boro mikirin budaya sendiri,†jelasnya. [Harian Rakyat Merdeka]
Syahrini, Cukup Bubu Dari Malaysia
Bubu, pria yang diaku pacar oleh Syahrini berasal dari Malaysia. Karena itulah, pelantun Sesuatu itu meÂrasa pantas mengomentari maÂsalah klaim Malaysia atas tari Tor-Tor dan Gondang Sambilan.
“Cukup lelaki saya saja dari neÂgara tetangga,†ucapnya singkat.
Untuk membuktikan nasioÂnaÂlisÂmeÂnya, Syahrini mengaku selalu memberikan sentuhan tradisional IndoÂnesia di setiap penampilannya. Dia ingin fans dan para penonton di semua lapisan usia bisa terus melek budaya sendiri.
“Inginnya setiap episode ada nuanÂsa Indonesia-nya, pengen baÂnget ada touch Indonesia-nya suÂpaya tidak di klaim negara tetangÂga,†ujar Syahrini.
Anehnya, di setiap penampilan, SyahÂrini justru kerap memakai proÂduk merek luar negeri seperti tas berÂharga mahal. Tak menjawab lugas, bekas teman duet Anang HermanÂsyah ini hanya bisa berjanji terus meÂmakai produk made in Indonesia.
“Ya bagaimanapun, kalau artis profesional harus all package, tiÂdak hanya make up yang bagus, tapi juga suara, gesture dan semuaÂnya,†kilah wanita kelahiran SukaÂbumi, Jawa Barat ini.
Butuh perhatian khusus bagi Syahrini dalam hal penampilan. Budget yang disediakan pun tidak tanggung-tanggung, meski secara etika dirinya tidak akan membuka angka soal nilai yang harus dikeÂluarkan setiap kali tampil.
“Pastinya disesuaikan cash flow kita, memenuhi untuk kita, peÂnamÂpilan ini, itu. Tapi ada yang meÂngaÂtur ya, ada manajemen dan pihak akunÂting aku,†ungkap Syahrini.
Kocek yang dikeluarkan untuk baju, make-up dan pernak-pernikÂnya itu dianggap sebagai sebuah inÂvestasi. Karena tentunya akan kemÂbali setelah para penggemarnya memÂperoleh kepuasan dan diikuti jadÂwal konser yang terus menyusul.
“Buat aku nggak masalah karena itu (baju mahal) akan berputar, ya kayak investasi yang bisa berputar di off air ya. Jadi sedikit budget di on air, tapi kan kita dapet di off air. Lumrah ya,†tegasnya.
“Aku nggak pernah budget-in berapa. Tapi kalau omzet aku tinggi ya pasti beli yang sedikit spesial,†imbuhnya. [Harian Rakyat Merdeka]
< SEBELUMNYA
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.