Film Hollywood Tetap Referensi Film Indonesia

Minggu, 19 Juni 2011, 02:07 WIB
Film Hollywood Tetap Referensi Film Indonesia
Andien-Jessica-Ririn-Risty
RMOL.Tidak kunjung adanya kepastian kapan film-film box office Hollywood bisa masuk bioskop tanah air, jadi pembicaraan orang banyak. Tak terkecuali para selebriti yang mengaku sudah kangen menonton film Hollywood. Mereka minta pemerintah dan otoritas terkait segera menyelesaikan kenaikan pajak yang jadi akar masalah sulitnya film impor masuk. Berikut uneg-uneg para artis yang disampaikan kepda Rakyat Merdeka.

Andien, Film Impor Susah DVD Bajakan Makin Marak

Andien bakal girang sekali jika film-film Hollywood bisa kem­bali menghiasi bioskop-bioskop di tanah air. Alasan musisi jazz ini, film Holly­wood bisa men­dorong per­tukaran informasi dan budaya antar negara.

“Film itu kan media kebu­da­yaan yang mempengaruhi ba­nyak faktor, misalnya kehi­dupan sosial masyarakat. Keberadaan film asing penting dalam rang­ka era globalisasi,” ujar Andien.

Pelantun tembang Bersama Pelangi ini menolak anggapan pemerintah dan pihak lainnya bahwa dengan menaikkan pajak film impor itu akan 100 persen menguntungkan Indonesia.

Dia memprediksi, modus pem­bajakan film akan tambah marak kalau film impor susah masuk. Orang banyak cenderung beralih ke DVD bajakan ketimbang da­tang ke bioskop.

“Kalau bisa pajaknya jangan mahal-mahal agar kita juga bisa nonton film-film bagus yang jadi referensi. Dampak pajak film di­naikkan itu nggak se­mua­nya ba­gus. Orang jadi bertindak mela­wan aturan seperti mem­beli ba­jakan,” tuturnya.

Gadis kelahiran Jakarta 25 Agustus 1985 ini tak yakin film-film nasional bakal terpuruk jika keran film asing dibuka lagi. Justru ya itu tadi, film-film asing bisa jadi referensi meningkatkan kualitas perfilman Indonesia yang dinilai masih rendah.

“Film nasional jangan takut film asing. Kita mampu ber­saing kok. Meski harus di­akui untuk meningkatkan kua­litas film tanah air, kita perlu non­ton dari luar untuk per­ban­dingan. Itu karena glo­­balisasi. Kita berada di hilir, kita butuh insiprasi dari hulu,” pung­kasnya.

Jessica Iskandar, Seharian Nonton Di Singapura

Kalau pemerintah berkenan menurunkan pajak film impor, niscaya bioskop tanah air ti­dak sepi lagi seperti seka­rang. Hal itu juga bikin senang Jessica Iskandar karena dia tak perlu jauh-jauh lagi ter­bang ke Si­nga­­pura hanya un­tuk nonton film Hollywood.

“Seneng banget dengernya (pajak film impor turun). Soal­nya aku pernah ke Singapura, cuma untuk nonton seharian dari siang sampai malam. Aku rela begitu karena di bioskop kita seka­rang sudah tak ada lagi film bagus,” kisah Jessica.

Soal pajak, pemain film Dealova ini menyerahkan se­muanya kepada pemerintah. Dia berharap pemerintah  me­mikirkan masak-ma­sak apa yang terbaik untuk ma­syarakat dan kemajuan film nasional.

“Aku berharap pemerintah memikirkan yang terbaik buat perfilman nasional, tapi juga tidak melupakan masya­rakat yang perlu menikmati tontonan berkualitas. Mau di­turunkan atau dinaikkan pa­jaknya aku dukung-dukung aja,” ucapnya.

Chika, sapaan Jessica, tak khawatir perfilman nasional tergilas dengan serbuan film-film asing. Pemba­wa acaraDahSyat ini yakin de­ngan ada­nya persaingan yang sehat, perfilman nasional akan se­ma­kin membaik kualitasnya.

“Tenang, film nasional baik-baik aja meskipun dibilang gi­manapun juga. Kita kan tau sendiri film nasional sekarang kayak apa. Nah, kalau ada per­saingan, itu akan memacu si­neas kita bikin film yang lebih oke. Lagian dengan film Holly­wood atau asing kita bisa melihat bagaimana dunia di luar sana,” tutupnya.

Ririn Ekawati, Nilai Film Bukan Cuma Dari Pajak

Ririn Ekawati yang sukses berperan di Serdadu Kumbang mengakui kalau kualitas film Indonesia jauh dari kata memuaskan. Karena itu, dia setuju kalau pajak film im­por dinaikkan asalkan ada target kapan kualitas film nasional membaik. Jangan ka­yak seka­rang, di bioskop keba­nyakan film mistik, ho­ror berbungkus esek-esek.

“Film harus menggunakan akal jika ingin diingat penonton. Pasti hambar kalau film kebanyakan ngarang dan berfantasi. Itu salah satu yang harus diperhatikan se­mua pihak yang terlibat film nasional,” sentil Ririn.

Apapun yang diperdebatkan, janda muda cantik ini mempercayai pemerintah dalam penerapan ketentuan pajak film asing.

“Me­reka punya ketentuan tersendiri untuk pajak. Paling tidak, nggak ada lagi yang diem-diem awalnya izin cuma lima film, eh malah masukin 15 film” katanya.

Sambil menunggu kepastian kapan film barat masuk Indonesia lagi, Ririn berharap film nasional bisa lebih baik lagi. “Mum­pung film luar sedang dipersulit dengan pajak, kita harus bangkit dong” ucapnya.

Namun begitu, Ririn mengaku tidak alergi dengan film barat, apalagi Holly­wood. “Saya pecinta film luar juga, banyak pelajaran yang kita dapat dari film luar. Kalau bisa sih film barat tetap masuk” pungkasnya.

Risty Tagor, PemerintahDan Importir Berdamailah

Sebagai salah satu maniak film box office, Risty Tagor kebingungan saat film Hollywood menghilang dari bioskop tanah air.

“Mungkin bisa dibilang setiap ke 21 atau Blitz itu tujuannya untuk nonton film-film Hollywood yang menurutku wajib di­tonton di bioskop. Karena kalau nonton di rumah tuh kurang seru,” papar Risty.

Pemeran Molly dalam film Best­friend itu meminta pemerintah dan importir film menyelesaikan perbe­daan mengenai pajak film impor.

“Ya, harapanku bisa selesai dan cepat masuk lagi (film Hollywood). Tapi kalau nggak ketemu, ya nggak apa-apa kalau di satu tempat sinema isinya film Indonesia,” tukas Risty.

Langkah lain, menurut istri Rifky Balweel ini, sineas muda Indonesia harus lebih semangat untuk mempro­duksi film-film dengan tema-tema bagus dan isi cerita yang berkualitas.

“Biar yang muda-muda juga sema­kin bersemangat buat film bagus yang men­didik dan berkualitas,” cetus Risty.

“Tapi tetap ya, diusahakan ada satu film Hollywood yang bagus (di satu sinema). Jadi seimbang antara film dalam negeri dan luar negeri,” harapnya. [rm]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA