Waspada, Badai Ekonomi Global Siap Menerjang di 2026-2027

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 29 November 2025, 07:19 WIB
Waspada, Badai Ekonomi Global Siap Menerjang di 2026-2027
Gedung Bank Indonesia (RMOL/Reni Erina)
rmol news logo Pertumbuhan ekonomi global dipastikan melambat dalam dua tahun ke depan. Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengingatkan, ini bukan sekadar perlambatan biasa, melainkan dampak dari kombinasi sengit antara kebijakan proteksionisme Amerika Serikat (AS) dan ketegangan geopolitik yang tak kunjung usai.

Dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2025 di Jakarta, Jumat 28 November 2025, Perry menegaskan bahwa prospek 2026 dan 2027 akan meredup. Ia bahkan mengutip filosofi Jawa, "eling lan waspodo" (ingat dan waspada) dari Ronggo Warsito, sebagai pengingat betapa pentingnya kesiapsiagaan di tengah lanskap ekonomi dunia yang berubah drastis.

“Prospek ekonomi global masih meredup pada tahun 2026 dan 2027. Kebijakan proteksionis AS membawa perubahan besar pada lanskap perekonomian dunia. Ketegangan politik berlanjut dan kita belum tahu kapan akan berakhir. Penting untuk eling lan waspodo seperti nasihat Ronggo Warsito,” kata Perry. 

Ia pun  merinci lima karakteristik utama yang akan mendominasi perlambatan ekonomi global ini, yang bisa dianggap sebagai lima tantangan besar yang harus dihadapi Indonesia dan dunia:

Pertama, tarif AS dan proteksionisme. Perdagangan dunia menyusut. Multilateralisme mati suri, diganti oleh fokus bilateral dan regional. Kedua, pertumbuhan ekonomi dunia melambat, terutama AS dan China. Sementara Uni Eropa, India, dan Indonesia dinilai cukup baik. Penurunan inflasi yang lebih lambat mempersulit kebijakan moneter bank sentral.

Ketiga utang pemerintah dan suku bunga di negara maju akibat defisit fiskal yang terlalu besar.  "Hal itu berdampak pada tingginya bunga dan beban fiskal di negara-negara berkembang," ujar Perry..

Keempat, tingginya kerentanan dan risiko sistem keuangan dunia karena transaksi produk derivatif yang berlipat, terutama hedge fund dengan machine trading, sehingga berdampak pada pelarian modal dan tekanan nilai tukar di emerging market.

“Kelima gejolak global tersebut berdampak negatif ke berbagai negara. Indonesia tidak terkecuali, perlu respons kebijakan yang tepat, menjaga stabilitas, mendorong pertumbuhan lebih tinggi, serta berdaya tahan, tangguh, dan mandiri,” tuturnya.

Perry menutup pidatonya dengan pesan Indonesia wajib merespons dengan kebijakan yang tepat. Tujuannya adalah menjaga stabilitas sambil mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi, berdaya tahan, tangguh, dan mandiri. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA