Sejak didirikan pada 1975, forum yang turut
didirikan Pertamina ini telah menjadi wadah penting bagi kolaborasi
energi lintas negara ASEAN, mulai dari mengelola potensi migas,
membangun infrastruktur strategis, hingga memperkuat ketahanan energi
kawasan.
“Setengah abad ASCOPE merupakan cermin perjalanan energi
ASEAN, dari era eksplorasi minyak lepas pantai, pembangunan pipa gas
lintas negara, hingga memasuki babak transisi energi,” kata Secretary In
Charge ASCOPE sekaligus SVP Strategy & Investment PT Pertamina
(Persero), Henricus Herwin, Selasa, 2 September 2025.
Tonggak Sejarah Migas ASEAN
ASCOPE
lahir di era 1970-an, ketika negara-negara ASEAN tengah gencar
mengeksplorasi sumber daya minyak dan gas untuk mendukung pembangunan
ekonomi. Saat itu, kebutuhan akan forum kerja sama lintas negara sangat
dirasakan, terutama karena infrastruktur energi regional masih
terfragmentasi.
Dari sinilah lahir ASCOPE dengan mandat utama
membangun jejaring kolaborasi energi ASEAN. Salah satu warisan
terpenting ASCOPE adalah Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP), proyek yang
digawangi oleh Gas Advocacy Task Force.
Tantangan Baru: Transisi EnergiLanskap
energi ASEAN kini berubah drastis. ASEAN Energy Outlook 2024
memproyeksikan konsumsi energi kawasan akan melonjak dua kali lipat pada
2050, seiring pertumbuhan populasi yang mencapai 680 juta jiwa didorong
pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Dalam konteks ini, gas bumi akan
memegang peran vital sebagai energi transisi. Namun dalam jangka
panjang, negara-negara ASEAN sudah berkomitmen mencapai net zero
emissions pada paruh kedua abad ini.
Artinya, ASCOPE tidak lagi
bisa berfokus semata-mata pada migas, tetapi juga harus menjadi katalis
dalam pengembangan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS),
pengurangan emisi metana, hingga integrasi energi terbarukan serta
pemanfaatan infrastruktur gas untuk transportasi hidrogen.
Langkah Nyata Telah DilakukanPolicy, Research and Capability Building Task Force menginisiasi penyusunan template perjanjian lintas negara untuk CCUS.
Pada
2023, ASCOPE membentuk Clean Energy Task Force untuk mengeksplorasi
peluang teknologi rendah karbon, memperluas diskusi mekanisme
perdagangan karbon, insentif investasi energi hijau, serta strategi
penggunaan jaringan pipa gas untuk transportasi hidrogen di masa depan.
Geopolitik dan Diplomasi EnergiTingginya
permintaan energi dan perubahan iklim bukan menjadi satu-satunya alasan
mengapa peran ASCOPE kian relevan. Geopolitik global dalam beberapa
tahun terakhir menunjukkan betapa rapuhnya rantai pasok energi
internasional.
Krisis energi yang dipicu konflik Rusia–Ukraina,
serta lonjakan harga minyak dan gas pada 2022–2023 menjadi pengingat
bahwa diversifikasi pasokan, pembangunan infrastruktur bersama, dan
solidaritas regional bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan.
Berbeda
dengan organisasi energi lain, ASCOPE beranggotakan langsung otoritas
energi nasional dan BUMN migas, seperti Petroleum Authority (Brunei
Darussalam), Ministry of Mines and Energy (Cambodia), Pertamina
(Indonesia), Petroliam Nasional Berhad/PETRONAS (Malaysia), Lao State
Fuel Company (Lao PDR), Myanma Oil and Gas Enterprise/MOGE (Myanmar),
Philippine National Oil Company PNOC (Philippines), Singapore LNG
Corporation Pte Ltd/SLNG (Singapore), PTT (Thailand), dan Petrovietnam
(Vietnam).
Kolaborasi BUMN energi ini memberi daya tawar kolektif
ASEAN di panggung global dan menjadikan ASCOPE sebagai aktor strategis
dalam diplomasi energi.
BERITA TERKAIT: