Tabungan Masyarakat di Bawah Rp100 Juta Terus Menyusut, Ini Sebabnya

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/alifia-dwi-ramandhita-1'>ALIFIA DWI RAMANDHITA</a>
LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA
  • Kamis, 28 Agustus 2025, 20:04 WIB
Tabungan Masyarakat di Bawah Rp100 Juta Terus Menyusut, Ini Sebabnya
Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro. (Foto: Dokumentasi Bank Mandiri)
rmol news logo Tren penurunan tabungan di Indonesia masih berlanjut dalam beberapa tahun terakhir terutama pada kelompok masyarakat dengan simpanan di bawah Rp100 juta.

Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, menjelaskan bahwa sejak 2013, rata-rata tabungan masyarakat sudah mengalami penurunan cukup tajam. Dari sekitar Rp4 juta pada 2013, kini rata-rata tabungan turun ke level Rp1,74 juta.

"(Penurunan) ini memang bisa terjadi karena adanya penerimaan masyarakat yang turun atau income turun misal pergeseran pekerjaan atau tidak memiliki pekerjaan atau bisnisnya landai gitu ya jadi revenuenya turun," jelas Andry dalam Economic Outlook Q3 2025 secara virtual di Jakarta pada Kamis, 28 Agustus 2025.

Sementara itu, faktor lain dari penurunan tabungan di bawah Rp100 juta juga terjadi karena adanya realokasi ke instrumen investasi lain di luar tabungan. Menurutnya, dalam dua tahun terakhir, masyarakat cenderung mengalihkan simpanannya ke emas dan properti.

"Misalnya ke instrumen emas, terus kemudian juga properti, sementara kalau kita lihat di sini memang kalau ke instrumen emas itu sudah secara signifikan naik dalam dua tahun terakhir. Jadi kalau lihat dari data harga emas itu naik terus, tadi saya sebutkan ya naik lebih dari 25 persen di tahun ini," tambah Andry.

Hal tersebut membuat Dana Pihak Ketiga (DPK) dari tabungan di bawah Rp100 juta atau di atas Rp100 juta di perbankan kompak mengalami penurunan. 

"Otomatis penempatan di DPK terutama untuk yang kelas di bawah 100 juta juga mengalami penurunan. Tapi menurut saya ini juga bukan cuma terjadi di bawah Rp100 juta, di kelompok-kelompok di tiring yang lain pun juga mengalami penurunan secara rata-rata, dan ini juga disebabkan adanya realokasi penempatan dana atau aset mereka ke non-DPK," tuturnya.

Sebelumnya, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat pertumbuhan tabungan masyarakat dengan nominal di bawah Rp100 juta pada Juli 2025 hanya sebesar 4,76 persen secara tahunan (yoy). Angka tersebut melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang masih tumbuh 4,89 persen.

Sementara pertumbuhan tabungan dengan nominal Rp100 juta hingga Rp200 juta ikut turun menjadi 4,43 persen dari sebelumnya 4,65 persen pada Juni 2025.

Sedangkan, simpanan dengan nominal Rp5 miliar justru mencatatkan pertumbuhan paling tinggi yaitu sebesar 9,45 persen, meningkat dari 9,21 persen pada bulan sebelumnya.

Head of Mandiri Institute, Andre Simangunsong membenarkan penurunan tabungan di Juni 2025, namun ia mencatat adanya sedikit perbaikan pada Juli berkat Bantuan Subsidi Upah (BSU) dari pemerintah.

"Kalau melihat dari indeks tabungan ini memang berpengaruh, jadi ada sedikit kenaikan di bulan Juli," tuturnya.

Andre juga menyinggung hasil survei Mandiri Institute yang menunjukkan tingginya eksposur generasi muda terhadap instrumen investasi non-tabungan.

“Misalkan untuk Gen Z ini, mungkin (perhitungan) data kami, hasil survei itu 38 persen yang memiliki atau memilih emas sebagai instrumen investasinya, memang kalau emas generasinya semakin bertambah, semakin tidak muda atau semakin tua, ini eksposurnya semakin tinggi, misalkan kalau milenial itu 45 persen, Gen X plus itu sekitar 61 persen. Jadi demikian juga untuk reksadana,” pungkasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA