Kenanga Investment Bank Bhd, melalui laporan riset terbarunya memproyeksikan harga CPO akan menguat seiring stabilitas pasar, meski saat ini tercatat turun dari puncaknya pada akhir 2024.
Lembaga riset itu menyebut bahwa pada kuartal pertama 2025, harga CPO sempat mencatatkan keunggulan dibanding minyak kedelai. Namun, selisih harga itu kini mulai menipis, sejalan dengan penurunan permintaan biodiesel dari Amerika Serikat.
Kendati demikian, kegiatan restocking oleh para pembeli global masih terus berlangsung.
"Defisit pasokan diperkirakan terus berlanjut sepanjang 2025, yang akan menekan stok tahunan secara signifikan. Dengan kondisi tersebut, harga CPO diperkirakan tetap berada di kisaran 4.000 hingga 4.500 Ringgit per ton," tulis Kenanga Research, dikutip dari The Malaysian Reserve, Selasa 13 Mei 2025.
Untuk tahun 2025 sendiri, Kenanga memperkirakan rata-rata harga CPO berada di level 4.200 Ringgit per ton, sebelum turun tipis menjadi 4.000 Ringgit per ton pada tahun berikutnya.
Meski menghadapi tekanan dari sektor energi terbarukan serta dinamika perdagangan internasional, sektor perkebunan tetap dinilai kokoh. Sekitar 70 persen permintaan minyak nabati global masih diserap untuk konsumsi pangan, sementara 23 persen lainnya untuk produksi biodiesel.
"Permintaan terhadap minyak sawit tetap solid, dengan tren pertumbuhan tahunan yang stabil, bahkan di tengah perlambatan ekonomi, proteksionisme dagang, dan ketegangan geopolitik," lanjut laporan tersebut.
Dari sisi keuangan, perusahaan-perusahaan sawit juga dinilai dalam kondisi sehat. Sebagian besar pelaku industri memiliki posisi kas yang kuat atau beban utang yang masih dalam batas wajar. Hal ini ditopang oleh harga CPO dan inti sawit yang masih memberikan margin keuntungan menarik.
Di tengah ketidakpastian global, stabilitas harga dan fundamental sektor yang tangguh menjadikan industri sawit tetap menjadi magnet bagi investor. Dengan daya tahan permintaan dan proyeksi harga yang menguntungkan, sektor perkebunan sawit diprediksi akan terus menjadi tulang punggung agribisnis kawasan.
BERITA TERKAIT: