Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Didik Mukrianto mengusulkan pemerintah fokus pada pemberian stimulus demi mendorong daya beli masyarakat, seperti insentif pajak, subsidi, atau bantuan sosial.
Sebaliknya, pemerintah dan Bank Indonesia jangan terlalu agresif dalam kebijakan moneter agar tidak memperburuk perlambatan ekonomi.
"Pemerintah perlu merespons dengan kebijakan yang tepat sasaran untuk mendorong konsumsi, menstabilkan harga, dan diversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi," kata Didik dikutip dari akun X pribadinya, Selasa, 6 Mei 2025.
Selain itu, ia mendorong pemerintah melakukan diversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi melalui penguatan investasi dan ekspor, terutama di sektor teknologi dan industri hijau.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2025 sebesar 4,87 persen secara tahunan (
year on year/YoY). Meski masih menunjukkan ekspansi, angka ini melambat dibanding periode sebelumnya.
Didik berpandangan, perlambatan kemungkinan dipengaruhi oleh perubahan pola konsumsi masyarakat yang berdampak pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebagai komponen utama Produk Domestik Bruto (PDB).
"Perubahan ini bisa mencakup pengurangan belanja diskresioner, pergeseran preferensi konsumsi, atau respons terhadap tekanan ekonomi seperti inflasi atau ketidakpastian global," jelasnya.
Secara kuartalan (q-to-q), ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar -0,98 persen dibandingkan triwulan IV 2024. Didik menilai hal ini bisa disebabkan oleh faktor musiman, daya beli yang melemah, gangguan rantai pasok, atau kebijakan moneter ketat seperti suku bunga tinggi.
"Yang perlu diwaspadai karena bisa menjadi sinyal awal resesi teknis jika berlanjut pada kuartal berikutnya," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: