Mata uang Garuda itu terpantau menguat tipis 91 poin atau tumbuh 0,56 persen dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.
Meski menguat, Rupiah masih tertekan ke posisi di atas Rp16 ribu per Dolar. Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan mengatakan mata uang Rupiah yang tertekan diduga karena banyaknya aliran Dolar yang keluar.
“Nampaknya ada aliran dolar keluar dalam jumlah yang cukup besar sehingga membuat nilai tukar rupiah anjlok,” kata Anthony kepada
RMOL.
Berdasarkan pantauan
RMOL, mayoritas mata uang Asia bergerak bervariasi terhadap Dolar AS. Seperti Won Korea Selatan anjlok 0,31 persen, Ringgit Malaysia minus 0,12 persen, dan Yuan China minus 0,04 persen.
Selanjutnya Dolar Hong Kong melemah 0,01 persen, Baht Thailand plus 0,03 persen dan Dolar Singapura menguat 0,18 persen.
Sementara itu, mayoritas mata uang negara maju terpantau kompak menguat. Dolar Australia naik 0,11 persen, Euro Eropa tumbuh 0,16 persen, Dolar Kanada menguat 0,10 persen, dan Franc Swiss menguat 0,14 persen.
BERITA TERKAIT: