Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kinerja Rezim Jokowi Tepis Facebook, IHSG-Rupiah Masih Prospektif

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-5'>ADE MULYANA</a>
OLEH: ADE MULYANA
  • Kamis, 01 Agustus 2024, 08:33 WIB
Kinerja Rezim Jokowi Tepis Facebook, IHSG-Rupiah Masih Prospektif
Jokowi dan pemilik facebook (Antaranews.com)
rmol news logo Kabar gembira menutup sesi perdagangan pertengahan pekan ini, Rabu 31 Juli 2024, di Bursa Wall Street. Dalam sesi perdagangan yang berakhir beberapa jam lalu itu, seluruh Indeks Wall Street menutup di zona hijau dengan kisaran yang cenderung tajam.

Laporan yang beredar menyebutkan, investor yang akhirnya terpuaskan dengan pernyataan bank Sentral AS, The Fed, yang memberikan sinyal jelas bahwa penurunan suku bunga akan dilakukan pada September mendatang bila situasi perekonomian mendukung sebagaimana saat ini. Ekspektasi pelaku pasar yang terpenuhi tersebut membuat aksi akumulasi berlangsung cukup masif hingga melonjakkan indeks dalam taraf tajam.

Indeks DJIA terpantau hanya menguat moderat 0,24 persen untuk menutup sesi di 40.842,79. Namun lonjakan fantastis mendera indeks S&P500 yang melambung 1,58 persen setelah menginjak posisi 5.522,3. lonjakan tajam juga dibukukan indeks Nasdaq yang melompat 2,64 persen dengan berakhir di 17.559,4. Pantauan menunjukkan, saham-saham teknologi yang berbalik melakukan lompatan tajam alias rebound dalam sesi kali ini hingga mengangkat indeks secara tajam.

Laporan lebih rinci yang berhasil dihimpun menunjukkan kontribusi saham-saham teknologi yang sangat dominan dalam lonjakan Indeks Wall Street. Diantaranya NVIDIA yang melambung 12,8 persen, Constellation Energy meroket 12,5 persen, Broadcom melompat 11,9 persen, serta ASML Holding yang naik tajam 8,8 persen.

Sikap optimis investor tak berhenti di sini, sentimen positif lanjutan datang dari rilis kinerja kuartalan emiten terkemuka, Meta alias raksasa sosial media Facebook. Laporan rinci menyebutkan, perolehan pendapatan yang melonjak 22 persen di kuartal kedua tahun ini, yang sekaligus menjadi catatan pertumbuhan pendapatan di atas 20 persen dalam empat kuartal terakhir. Kinerja Facebook tercatat melampaui ekspektasi pelaku pasar hingga melonjakkan harga sahamnya dalam taraf ekstrim.

Hingga ulasan ini disunting, harga saham Facebook melonjak 7 persen dalam sesi perdagangan after hours. Sentimen yang menggembirakan ini dengan sendirinya menjadi bekal positif bagi Bursa Saham Utama Asia pagi ini, Kamis 1 Agustus 2024.

Namun pantauan terkini menunjukkan, gerak Indeks di Asia yang belum antusias. Indeks Nikkei (Jepang) tercatat turun curam 2,23 persen di 38.229,91, usai membukukan lonjakan tajam di sesi sebelumnya. Sementara indeks KOSPI (Korea Selatan) menguat 0,52 persen di 2.785,19 dan indeks ASX 200 (Australia) naik 0,57 persen di 8.138,1.

Sentimen positif dari bursa global ini, dipastikan akan berpadu dengan sentimen domestik di Indonesia yang kurang bersahabat. Laporan terkini memperlihatkan rilis data indeks PMI manufaktur (Purchasing manager index) untuk bulan Juli yang sebesar 49,3 atau mengalami kontraksi. Besaran Indeks PMI tersebut juga tercatat turun dibanding bulan Juni yang sebesar 50,7.

Sentimen berharga dari positif nya bursa global yang ditopang rilis kinerja facebook akhirnya menjadi "kurang nendang" bagi IHSG hari ini akibat tertepis oleh kinerja pemerintahan Jokowi yang kurang moncer dari turunnya Indeks PMI.

Pelaku pasar di Jakarta dengan demikian mendapatkan bekal yang tidak sepenuhnya positif dalam menjalani seai perdagangan Kamis ini. Tantangan berikutnya yang akan menjadi pertaruhan investor di Bursa Saham Indonesia adalah rilis data inflasi yang akan dilakukan jam 11.00 wib siang nanti.

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan demikian diyakini masih cenderung positif namun dalam rentang terbatas. Investor di Jakarta sangat mungkin menantikan rilis data inflasi untuk dijadikan acuan lebih lanjut. IHSG bahkan bisa rawan untuk menginjak zona pelemahan terbatas bila rilis data inflasi dinilai mengecewakan oleh pelaku pasar.

Situasi agak berbeda diperkirakan akan dialami mata uang Rupiah. Seiring dengan sinyal dari The Fed, mata uang utama Dunia terpantau kompak menguat meski dalam rentang yang cenderung moderat. Sinyal penurunan suku bunga oleh The Fed dimaksimalkan pelaku pasar dengan melepas Dolar AS. Lonjakan mata uang utama Dunia, secara otomatis memberikan energi bagi Rupiah untuk kembali menapak jalur penguatan di sesi hari ini.

Penguatan Rupiah bahkan masih bisa berlanjut bila rilis data inflasi mendapatkan penilaian positif dari pelaku pasar.rmol news logo article
EDITOR: ADE MULYANA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA