Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tunggu The Fed, IHSG dan Rupiah Bisa Malas Gerak

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-5'>ADE MULYANA</a>
OLEH: ADE MULYANA
  • Selasa, 30 Juli 2024, 08:25 WIB
Tunggu The Fed, IHSG dan Rupiah Bisa Malas Gerak
The Fed, Bank Sentral AS. (Bloomberg.com)
rmol news logo Kelesuan pasar terlihat dalam sesi perdagangan di Wall Street dalam mengawali pekan ini. Gerak Indeks Wall Street terlihat bervariasi dalam rentang terbatas. Gerak malas Indeks Wall Street kali ini sekaligus menandakan sentimen kurang menggembirakan bagi sesi perdagangan di Asia hari kedua pekan ini, Selasa 30 Juli 2024.

Laporan terkini juga menunjukkan, gerak malas Indeks Wall Street yang masih terjadi di sesi perdagangan after hours pagi ini waktu Indonesia Barat. Serangkaian laporan yang beredar menyebutkan, pelaku pasar yang cenderung menantikan pertemuan para pimpinan Bank Sentral AS, The Fed yang akan dimulai malam nanti. Investor mengekspektasikan hasil pertemuan tersebut akan memberikan sinyal yang lebih jelas dari The Fed terkait waktu dan besaran penurunan suku bunga.

Sejumlah laporan menyebutkan, investor yang kini meyakini penurunan suku bunga akan dilakukan September mendatang. Hal Ini terutama terkait dengan kinerja inflasi yang dilaporkan akhir akhir ini dinilai kondusif untuk melakukan penurunan suku bunga. Namun besaran penurunan nya masih menjadi pertanyaan.

Secara umum, sentimen yang berkembang masih cenderung positif, namun pelaku pasar terlihat masih menantikan kepastian dari hasil pertemuan The Fed. Gerak Indeks di Wall Street akhirnya bervariasi dalam menutup sesi perdagangan dan dalam rentang moderat. Hingga sesi perdagangan ditutup beberapa jam lalu, Indeks DJIA terkoreksi tipis 0,12 persen di 40.539,93, sementara indeks S &P500 naik tipis 0,08 persen di 5.463,54, dan indeks Nasdaq menguat malas 0,07 persen di 17.370,2.

Laporan juga menyebutkan, investor yang juga mengambil sikap menunggu rilis kinerja kuartalan sejumlah emiten terkemuka yang akan dilakukan Selasa ini waktu Indonesia Barat. Sejumlah emiten terkemuka yang akan merilis kinerja keuangan nya adalah: Microsoft, Starbucks, PayPal, Advance Micro Devices, Merck, pfizer, serta Procter & Gamble. Kinerja moncer dari perusahaan perusahaan tersebut diyakini akan menghadirkan optimisme investor yang dengan sendirinya membantu mengangkat Indeks lebih tinggi termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta.

Sekalipun demikian, gerak malas Indeks Wall Street terlihat mendapatkan respon murung di sesi perdagangan Asia pagi ini. Pantauan terkini menunjukkan, seluruh indeks di Bursa Utama Asia yang terperosok runtuh. Indeks Nikkei (Jepang) turun 0,5 persen di 38.275,11 Indeks KOSPI (Korea Selatan) terpangkas 0,58 persen di 2.749,37, dan indeks ASX 200 (Australia) merosot curam 0,91 persen di 7.917,2.

Sentimen muram dari sesi perdagangan di Asia sudah tentu akan menjadi menu tak bersahabat bagi IHSG di Jakarta. Gerak IHSG, yang pada sesi perdagangan kemarin terlihat mampu memaksakan diri untuk menutup di zona hijau, kini terasa rawan untuk jatuh dalam zona pelemahan.

Namun tentu saja, situasi merahnya Bursa Saham utama Asia tidak selalu menghadirkan koreksi curam bagi IHSG. IHSG diyakini cenderung untuk bergerak di rentang terbatas dan melemah. Terlebih, pelaku pasar di Jakarta juga masih menyimpan ekspektasi pada rilis kinerja kuartalan sejumlah perusahaan di atas dan rilis data indeks PMI manufaktur serta data inflasi yang akan dilakukan Kamis lusa.

Pola tak jauh berbeda juga mungkin akan mendera mata uang Rupiah. Laporan terkini di pasar uang global memperlihatkan, gerak melemah nyaris seluruh mata uang utama Dunia yang terpantau masih bertahan hingga sesi perdagangan pagi ini di Asia. Pelemahan mata uang Asia dalam sesi hari ini, dengan demikian sulit untuk dihindarkan.

Namun pelemahan dalam rentang moderat, lagi lagi menjadi opsi yang paling mungkin. Terkhusus pada Rupiah, usai berhasil menginjak penguatan di sesi perdagangan sore kemarin, kini kembali rentan untuk terdampar di zona merah. Pelemahan dalam rentang moderat juga menjadi pilihan paling mungkin.

Terlebih, sentimen domestik dari agenda rilis data indeks PMI manufaktur dan data inflasi Kamis lusa, menjadikan Rupiah memiliki energi yang memadai untuk setidaknya menahan pelemahan curam. Rupiah bahkan berpeluang untuk beralih menguat bila rilis kinerja kuartalan sejumlah emiten di AS menggembirakan dan The Fed memberikan sinyal yang sesuai dengan ekspektasi investor dalam penurunan suku bunga.[]

ARTIKEL LAINNYA