Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporannya mengatakan, secara tahunan inflasi tersebut merupakan inflasi terendah selama 20 tahun terakhir, di luar periode pandemi 2021.
"Di luar periode terdampak pandemi yakni 2021, inflasi tahun 2023 merupakan inflasi terendah dalam 20 tahun terakhir," ungkap Plt Kepala BPS Amalia A. Widyasanti, dalam rilis berita resmi statistik, pada Selasa (2/1).
Dalam pemaparannya, Amalia merinci bahwa penyumbang terbesar inflasi pada Desember 2023 secara yoy, yaitu kelompok makanan dan minuman serta tembakau dengan andil 1,60 persen.
"Penyumbang inflasi Desember 2023 secara yoy adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil 1,60 persen. Komoditas penyumbang utama adalah beras, cabai merah, rokok kretek, rokok filiter, cabai rawit dan bawang putih," jelas plt kepala BPS itu secara daring.
Selain itu, Amalia juga menyebut komoditas lain yang menjadi penyumbang terbesar dalam inflasi Desember 2023, di antaranya emas perhiasan, biaya sewa rumah, gula pasir, hingga angkutan udara.
"Komoditas yang dominan antara lain emas perhiasan, biaya sewa rumah, biaya kontrak rumah, gula pasir," tambahnya.
Berdasarkan provinsi, inflasi tahunan di Jawa paling tinggi ada di Sumenep sebesar 5,08 persen dan di Kota Bandung sebesar 4,31. Lalu, di Bali tertinggi ada di Singaraja sebesar 4,31 persen.
Kemudian, inflasi di Sumatra tertinggi ada di Tanjung Pandan dengan inflasi sebesar 3,80 persen.
BERITA TERKAIT: