Apalagi, Presiden The Fed, Cleveland Loretta Mester mengatakan bahwa bank sentral AS kemungkinan perlu menaikkan suku bunga sekali lagi tahun ini dan kemudian mempertahankannya pada tingkat yang lebih tinggi untuk beberapa waktu, guna mengembalikan inflasi ke target 2 persen.
“Pernyataan Loretta Mester ini dinyatakan pasca-penangguhan kenaikan suku bunga,” ujar Ketua Umum Front Pembangunan Persatuan Rakyat (FPPR), Yudi Syamhudi Suyuti kepada wartawan, Rabu pagi (4/10).
Katanya, faktor yang paling mendasar dari ketidakpastian keuangan global ini adalah terjadinya defisit permodalan keuangan global karena terhambatnya neraca keuangan global, akibat kredit macet yang dialami oleh banyak negara di dunia.
Hal ini menimbulkan kekurangan aliran rantai perekonomian yang dipicu oleh Covid 19, Perang Rusia dan Ukraina dan berbagai berbagai persoalan yang akan muncul seperti perubahan iklim dan pemanasan global. Di mana untuk mengatasinya memerlukan reformasi keuangan secara mendasar.
Dalam konteks investasi di pasar modal, dampak pengumuman The FED Bank membuat para investor di berbagai pasar modal seperti New York Stock Exchange (NYSE), Nasdaq Stock Market (NASDAQ), Shanghai Stock Exchange (SSE), Euronext, Eurozone dan di hampir para Investor di berbagai Pasar Modal di dunia berpotensi mengalami goncangan psikologis.
“Hal ini tentu memerlukan solusi di luar kebiasaan, namun terukur secara rasional dalam mengatasi masalah goncangan psikis investasi,” tegas Yudi.
Salah satu formula yang memungkinkan dalam mengatasi persoalan ketidakpastian ini adalah menciptakan stabilitas pasar melalui pasar modal di Indonesia. Hal ini, karena Indonesia merupakan negara yang mampu menyumbang fundamental stabilitas ekonomi dan keuangan terbesar di Asia Tenggara.
Selain itu, Indonesia merupakan negara non-blok yang tidak berpihak pada konflik antara Amerika Serikat dan Tiongkok, juga tidak terlibat secara blocking perang Rusia dan Ukraina.
Sehingga stabilitas pasar keuangan global, justru mampu diredam, jika para investor pasar modal baik dari Amerika Serikat, Tiongkok, Korea Selatan, Jepang dan lainnya menanamkan investasinya di Pasar Keuangan Indonesia.
Melalui investasi di Indonesia, seperti di saham-saham Nasional Perusahaan Indonesia seperti Perusahaan Logistik, Perbankan, Sumber Daya Alam, Pertanian, Perkebunan dan Perusahaan-Perusahan yang berpotensi melancarkan penambahan modal pada perusahaan-perusahaan dalam melancarkan arus masalah-masalah ekonomi yang macet. Maka hal ini membuat rantai produksi, perdagangan dan distribusi mendorong lancarnya neraca keuangan.
Namun ada beberapa hal yang dibutuhkan dunia pada Indonesia adalah stabilitas politik. Hal ini akan menjadi tahapan dalam pencapaian konsensus baru tata keuangan global. Stabilitas politik Indonesia akan tercapai jika terjadi titik temu arus pembangunan dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah.
“Sehingga pengaruh pasar modal Indonesia harus didorong untuk menguatkan pembiayaan perekonomian akar, seperti melibatkan UMKM dalam pembangunan ekonomi, sosial dan budaya,” terangnya.
“Di sinilah dibutuhkan banyak eksekusi gabungan rantai pasokan keuangan secara kapital, sosial dan kultural. Sehingga partisipasi dan kerjasama ekonomi yang hidup mampu menggairahkan investasi di pasar modal Indonesia,” demikia Yudi.
BERITA TERKAIT: