Sebagai perusahaan yang menguasai persoalan jaringan di tanah air, Telkom juga harus memanfaatkan teknologi sebaik mungkin untuk berinovasi, khususnya merambah titik-titik yang belum terjamah.
"Telkom sebagai jasa penyedia server harus bergerak maju,
move on. Telkom harus peduli, karena banyak orang-orang yang unggul dan hebat.
Kalau masih tradisi lama, kita akan tertinggal," kata Direktur Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie dalam diskusi bertajuk Tantangan Telkom Menghadapi Industri 5.0 di Jakarta Pusat, Minggu (23/2).
Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan mengolaborasikan teknologi dan kemampuan sumber daya manusia. Hal itu bisa ditiru dari Jepang yang diklaim memiliki 10 ribu tenaga kerja yang dikolaborasikan dengan 1.560 robot.
"Jangan sampai tenaga kerja dikuasai
robotic.
Technology learning diperkuat dan
smart factory biar kita siap ke era 5.0," lanjut Jerry.
Sementara itu, Founder Indonesia Maju Institute, M. Lukman Edi mengamini bahwa Telkom saat ini paling diandalkan untuk memasuki revolusi industri 5.0. Akan tetapi persoalan kemasyarakatan yang jauh dari perhatian juga tak bisa dikesampingkan.
Seperti halnya persoalan kesenjangan pendidikan dan kesehatan antara perkotaan dan perdesaan. Hal ini memerlukan langkah teknis dan strategis untuk mewujudkan internet untuk seluruh masyarakat.
"Plat merah yang paling diandalkan adalah Telkom, harus dikasih uang yang banyak untuk adakan berbagai riset. Kalau tidak siap, bakal tergilas oleh zaman," jelas Lukman.
Hal lain dipaparkan oleh penggagas Indonesia Jalan Baru, Hastoruan. Menurutnya, saat ini yang terpenting adalah menuntaskan revolusi industri 0.1, 0.2, 0.3, dan 0.4.
Untuk keberhasilan dalam revolusi 5.0, dibutuhkan kekuatan ekonomi dan bagaiamana memperoleh pendapatan nasional agar tidak membebani APBN dan utang, tetapi mendatangkan solusi.
"Jangan-Jangan karena pengertian yang berbeda jadi orang enggak tahu soal 5.0. Kalau kita tahu revolusi 1.0 industri uap, 2.0 industri listrik, 3.0 industri komputer, 4.0 internet, 5.0 ini baru dirilis Jepang, kita sudah sepakat enggak? Atau jangan-jangan kita enggak tahu," tutupnya.
BERITA TERKAIT: