Hal tersebut dikatakan oleh Menteri Perindustrian AirÂlangga Hartarto saat membuka Pameran Pesona Busana dan Aksesoris Nusantara yang digelar Dewan Kerajinan NaÂsional (Dekranas) di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, kemarin
Menurut Airlangga, sektor kerajinan terus menunjukkan kinerja yang positif. Pada tahun lalu, nilai ekspornya mencapai 776 juta dolar AS atu sekitar Rp 10,6 triliun. "Jumlah itu meningkat 3,8 persen dibandingkan 2016 yang mencapai 747 juta dolar AS atau sekitar Rp 10,2 triliÂun," ujarnya.
Sementara, komoditi batik pada tahun lalu mampu meÂnyumbangkan nilai ekspor sebesar 58 juta dolar AS atau sekitar Rp 797 miliar. Menurut dia, batik merupakan produk kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan tersebar di seluruh Indonesia.
"Selain batik, produk yang bernilai seni tinggi adalah tenun," katanya.
Untuk meningkatkan kinerja ekspor produk kerajinan perlu didukung dengan proÂgram pembinaan yang tepat. "Apalagi saat ini dunia telah memasuki revolusi industri ke-4," tuturnya.
Untuk meningkatkan penÂjualan produk kerajinan buatan Industri Kecil dan Menengah (IKM), Kemenperin memiliki program e-smart IKM. ProÂgram ini merupakan basis data IKM yang mengintegrasikan industrinya, produk, dan senÂtra pemasaran.
"Saat ini digitalisasi menÂjadi salah satu faktor pendorÂong berubahnya pemasaran dari sistem
offline ke
online," katanya.
Dirjen IKM Gati WibawanÂingsih mengatakan, ekspor kerajinan tahun ini ditargetkan bisa naik 5 persen. Namun, untuk mencapai target itu, perlu pasokan bahan baku yang aman.
"Misalnya, kayu glondonÂgan jangan diekspor, karena itu merupakan bahan baku kerajinan kayu," ujarnya.
Ketua Umum Dekranas MuÂfidah Jusuf Kalla mengatakan, pameran ini bertujuan unÂtuk mempromosikan produk kerajinan, khususnya fesyen dan aksesoris Indonesia. kegÂiatan ini juga diharapkan bisa meningkatkan rasa cinta pada produk buatan lokal.
"Rasa cinta dan bangga harÂus dimulai dengan mengenal terlebih dahulu. Setelah kenal timbul rasa suka dan mau membeli," ujarnya. ***
BERITA TERKAIT: