Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia KH Ma'ruf Amin menegaskan, Bank Muamalat tidak boleh dibiarkan mati. KarÂenanya ia meminta semua pihak membantu bank syariah tertua di Indonesia tersebut.
"Bank Muamalat tidak boleh mati karena Bank Muamalat itu amanah dari pejuang-pejuang Majelis Ulama Indonesia," kata Ma'ruf Amin sambil menetesÂkan air mata di hadapan ribuan masyarakat yang sedang memÂbuka rekening di Kantor Bank Muamalat, Jakarta, kemarin.
Ia pun menegaskan, kondisi keuangan Bank Muamalat seÂhat dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun sayang, imbuhnya, banyak pihak yang tidak bertanggung jawab mengÂabarkan berita negatif tentang kondisi Muamalat.
"Ada isu-isu miring yang membuat masyarakat tidak perÂcaya Muamalat. Muamalat adalah sistem perbankan syariah pertaÂma di Indonesia. Dari Muamalat kita mulai membangun pasar modal syariah, asuransi syariah, perbankan syariah, sampai sekaÂrang berdiri Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) di mana presiden langsung sebagai pimpinannya," ujar Ma'ruf, yang juga Ketua Dewan Pengawas Syariah Bank Muamalat.
Dalam kesempatan yang sama, Ustaz Yusuf Mansyur memboyong sekitar 1.000 orang jemaahnya yang berasal dari seÂluruh Indonesia ke Kantor Pusat Bank Muamalat.
"Umat bercita-cita mendorÂong industri perbankan syariah, maka ini langkah konkret kami membantu menanam kebaikan di Bank Muamalat Indonesia untuk membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi syariah seÂcara umum," ujar Yusuf di Kantor Pusat Bank Muamalat, Jakarta.
Antusiasme masyarakat menÂgangkat kondisi Bank Muamalat diapresiasi Direktur Utama Bank Muamalat Achmad K Permana. Ia mengucapkan berterima kasih atas inisiatif tersebut. "Hal ini juga sejalan dengan amanah kerja sama yang telah kita bangun kembali bersama berbagai Ormas Islam, di antaranya NU, Hidayatullah, Muhammadiyah dan juga mengÂgandeng ulama dan ustaz seperti KH AA Gym, Ustaz Yusuf ManÂsur, Ustaz Arifin Ilham, dan Ustaz Subhan Bawazier, dan lainnya," beber Permana.
Lebih lanjut ia berpendapat, bank syariah sudah seharusnya tumbuh bersama umat Muslim. Sehingga, yang menjadi nasabah bank syariah tidak lain adalah harus umat sendiri.
"Ini langkah konkret bagi perkembangan ekonomi syariah Indonesia. Tidak bisa tumbuh kalau umat tidak berbank syaÂriah," sebut dia.
Untuk diketahui, Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) melihat peluang peningkatan pangsa pasar perbankan syariah hingga 7 persen pada 2018. SeÂhingga, bank syariah seharusnya bisa tumbuh hingga 20 persen, mengingat Indonesia memiÂliki populasi Muslim terbesar di dunia, yang mewakili 10,7 persen populasi Muslim di dunia.
Menyoal calon investor poÂtensial sepeninggal gagalnya PT Minna Padi Investamana SekuriÂtas Tbk mengakuisisi Muamalat, Permana bilang sekarang ini perÂseroan tengah dilirik beberapa penanam modal asing.
"Investor banyak. Ada dari Malaysia, Timur Tengah, lokal. Alhamdulillah, banyak. Kami perlu waktu untuk itu karena baru dua minggu lalu Minna Padi menyatakan batal untuk itu (membeli saham baru pada rights issue)," ujarnya.
Permana berharap, injeksi modal dari investor bisa diÂlakukan sebelum paruh pertama tahun ini. Terkait target besaÂrannya, Permana menyebutkan kemukinan masih akan berada di kisaran Rp 4,5 triliun.
"Pada saatnya nanti, kalau sudah fix yang akan masuk, kami akan sampaikan berapa berapa sebenarnya yang kami setujui, karena angka itu (Rp 4,5 triliun) bisa naik, bisa turun," ujarnya.
Selain injeksi modal langsung dari investor, untuk mendukung pembiayaan, perusahaan juga berencana menerbitkan sukuk senilai Rp1 triliun pada semester pertama tahun ini.
Sekadar informasi, berdasarÂkan laporan keuangan triwulan III-2017, rasio kecukupan modal (CAR) Muamalat dikisaran 11,5 persen. Di sisi yang lain, Bank Muamalat harus bersih-bersih pembiayaan bermasalah atau "non-financing loan" (NFL). NPF MuaÂmalat tertinggi pernah menyentuh tujuh persen pada tiga tahun lalu. Per Kuartal III-2017 NPF MuaÂmalat masih 4,5 persen. ***
BERITA TERKAIT: