MUI: Bank Muamalat Jangan Sampai Mati

Ribuan Orang Antusias Buka Rekening

Kamis, 01 Maret 2018, 11:21 WIB
MUI: Bank Muamalat Jangan Sampai Mati
Foto/Net
rmol news logo Pahitnya kegagalan Bank Muamalat Indonesia mendapat investor baru, rupanya mendorong masyarakat berbondong-bondong menyatakan dukungannya kepada bank syariah pertama di Tanah Air itu. Ribuan orang antusias membuka rekening di Kantor Pusat Bank Muamalat, di kawasan Kuningan, Jakarta.

 Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia KH Ma'ruf Amin menegaskan, Bank Muamalat tidak boleh dibiarkan mati. Kar­enanya ia meminta semua pihak membantu bank syariah tertua di Indonesia tersebut.

"Bank Muamalat tidak boleh mati karena Bank Muamalat itu amanah dari pejuang-pejuang Majelis Ulama Indonesia," kata Ma'ruf Amin sambil menetes­kan air mata di hadapan ribuan masyarakat yang sedang mem­buka rekening di Kantor Bank Muamalat, Jakarta, kemarin.

Ia pun menegaskan, kondisi keuangan Bank Muamalat se­hat dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun sayang, imbuhnya, banyak pihak yang tidak bertanggung jawab meng­abarkan berita negatif tentang kondisi Muamalat.

"Ada isu-isu miring yang membuat masyarakat tidak per­caya Muamalat. Muamalat adalah sistem perbankan syariah perta­ma di Indonesia. Dari Muamalat kita mulai membangun pasar modal syariah, asuransi syariah, perbankan syariah, sampai seka­rang berdiri Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) di mana presiden langsung sebagai pimpinannya," ujar Ma'ruf, yang juga Ketua Dewan Pengawas Syariah Bank Muamalat.

Dalam kesempatan yang sama, Ustaz Yusuf Mansyur memboyong sekitar 1.000 orang jemaahnya yang berasal dari se­luruh Indonesia ke Kantor Pusat Bank Muamalat.

"Umat bercita-cita mendor­ong industri perbankan syariah, maka ini langkah konkret kami membantu menanam kebaikan di Bank Muamalat Indonesia untuk membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi syariah se­cara umum," ujar Yusuf di Kantor Pusat Bank Muamalat, Jakarta.

Antusiasme masyarakat men­gangkat kondisi Bank Muamalat diapresiasi Direktur Utama Bank Muamalat Achmad K Permana. Ia mengucapkan berterima kasih atas inisiatif tersebut. "Hal ini juga sejalan dengan amanah kerja sama yang telah kita bangun kembali bersama berbagai Ormas Islam, di antaranya NU, Hidayatullah, Muhammadiyah dan juga meng­gandeng ulama dan ustaz seperti KH AA Gym, Ustaz Yusuf Man­sur, Ustaz Arifin Ilham, dan Ustaz Subhan Bawazier, dan lainnya," beber Permana.

Lebih lanjut ia berpendapat, bank syariah sudah seharusnya tumbuh bersama umat Muslim. Sehingga, yang menjadi nasabah bank syariah tidak lain adalah harus umat sendiri.

"Ini langkah konkret bagi perkembangan ekonomi syariah Indonesia. Tidak bisa tumbuh kalau umat tidak berbank sya­riah," sebut dia.

Untuk diketahui, Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) melihat peluang peningkatan pangsa pasar perbankan syariah hingga 7 persen pada 2018. Se­hingga, bank syariah seharusnya bisa tumbuh hingga 20 persen, mengingat Indonesia memi­liki populasi Muslim terbesar di dunia, yang mewakili 10,7 persen populasi Muslim di dunia.

Menyoal calon investor po­tensial sepeninggal gagalnya PT Minna Padi Investamana Sekuri­tas Tbk mengakuisisi Muamalat, Permana bilang sekarang ini per­seroan tengah dilirik beberapa penanam modal asing.

"Investor banyak. Ada dari Malaysia, Timur Tengah, lokal. Alhamdulillah, banyak. Kami perlu waktu untuk itu karena baru dua minggu lalu Minna Padi menyatakan batal untuk itu (membeli saham baru pada rights issue)," ujarnya.

Permana berharap, injeksi modal dari investor bisa di­lakukan sebelum paruh pertama tahun ini. Terkait target besa­rannya, Permana menyebutkan kemukinan masih akan berada di kisaran Rp 4,5 triliun.

"Pada saatnya nanti, kalau sudah fix yang akan masuk, kami akan sampaikan berapa berapa sebenarnya yang kami setujui, karena angka itu (Rp 4,5 triliun) bisa naik, bisa turun," ujarnya.

Selain injeksi modal langsung dari investor, untuk mendukung pembiayaan, perusahaan juga berencana menerbitkan sukuk senilai Rp1 triliun pada semester pertama tahun ini.

Sekadar informasi, berdasar­kan laporan keuangan triwulan III-2017, rasio kecukupan modal (CAR) Muamalat dikisaran 11,5 persen. Di sisi yang lain, Bank Muamalat harus bersih-bersih pembiayaan bermasalah atau "non-financing loan" (NFL). NPF Mua­malat tertinggi pernah menyentuh tujuh persen pada tiga tahun lalu. Per Kuartal III-2017 NPF Mua­malat masih 4,5 persen. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA