Ketua API Ade Sudrajat mengungkapkan hal tersebut bisa menjadi kabar gembira bagi pabrikan tekstil di Tanah Air. "Insentif ini bisa menjadi momentum bagi kami untuk bisa selaras dengan revolusi inÂdustri 4.0," ujarnya, kemarin.
Saat ini, tutur Adhe, usia rata-rata mesin tekstil pabrikan nasional sekitar 20 tahun. NaÂmun, dia menilai hal tersebut bukan menjadi hambatan dalam melakukan aktivitas produksi.
Adapun, faktor utama yang ditekankan olehnya adalah ketersediaan energi yang komÂpetitif serta kecukupan sumber daya yang kompeten. Baik dari sisi sumber daya manusia maupun sumber daya alamnya atau bahan baku.
"Jadi yang saat ini kami fokusÂkan adalah bagaimana mengoptimalkan potensi dari sisi energi dan sumber daya, baru kemudian permesinan menyusul, karena mesin kan juga mengguÂnakan energi," ungkapnya.
Ia mengatakan peremajaan peralatan dan mesin menÂjadi keharusan dalam industri jika ingin memenangkan persaingan. Namun, keberhasilan program ini sangat terganÂtung dari skema pembiayaan yang dihasilkan. "Revitalisasi sangat diperlukan. Ini sebuah keharusan untuk berdaya saing," kata Ade.
Dia mengatakan, jika mengÂgunakan pendanaan inernaÂsional maka faktor penetapan suku bunga akan menjadi perÂhitungan utama bagi pelaku industri. Pasalnya jika bunga yang dikenakan setara denÂgan perbankan komersil, maka dinilai tidak menarik dan hanya akan membebani kinerja industri tekstil.
"Kalau bunga murah kami siap revitalisasi mesin, kalau sama saja dengan komersial maka itu tidak menarik," katanya.
Ade mengatakan, saat ini kiÂnerja industri tekstil cenderung stagnan. Persaingan yang ketat terutama dari Vietnam memÂbuat industri dalam negeri cenderung mempertahankan pasar tradisionalnya. Meski begitu asosiasi berharap daÂpat tumbuh minimal 5 persen sepanjang 2018.
Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono membenarkan rencana peÂmerintah memberikan insenÂtif revitalisasi permesinan kepada pelaku usaha tekstil dan produk tekstil atau TPT. "Betul, itu guna mendongkrak produksi," ujarnya.
Ia mengatakan, banyak dari mesin yang digunakan oleh pabrikan tekstil di dalam negeri tergolong sudah uzur. "Kami memperkirakan kebutuhan dana untuk revitalisasi permeÂsinan industri tekstil tersebut sekitar Rp400 miliar setiap tahunnya," ungkapnya.
Menurut dia, insentif terseÂbut saat ini masih dalam tahap pematangan konsep dan diÂharapkan akan segera keluar dalam waktu dekat. Achmad juga menyampaikan, upaya yang dilakukan pihaknya tersebut juga bagian dari usaha pembaharuan faktor produksi guna mengikuti perkembangan revolusi Industri 4.0
"Nanti bentuknya semacam keringanan pajak impor mesin dari luar negeri. Selain itu juga menjadi semacam stimulus keÂpada pelaku usaha untuk berkemÂbang terus," katanya. ***
BERITA TERKAIT: