Garap Kilang Bontang, Pertamina Gandeng Perusahaan Asal Oman

Nilai Proyek Diperkirakan Rp 130 Triliun

Rabu, 31 Januari 2018, 11:00 WIB
Garap Kilang Bontang, Pertamina Gandeng Perusahaan Asal Oman
Foto/Net
rmol news logo PT Pertamina (Persero) akhirnya menetapkan mitra untuk pem­bangunan kilang baru atau Grass Root Refinery (GRR) Bontang, Kalimantan Timur. Mitra terse­but adalah perusahaan minyak asal Oman, yakni Overseas Oil and Gas LLC (OOG).

Namun, OOG tidak sendiri mengerjakan kilang tersebut. Perusahaan ini akan menggan­deng perusahaan perdagangan Cosmo Oil International Pte Ltd (COI), yang merupakan trading arm dari Cosmo Energy Group, salah satu perusahaan pengolahan minyak ternama di Jepang.

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Per­tamina, Ardhy N Mokobom­bang mengatakan, penunjukan konsorsium dilakukan dengan pertimbangan antara lain OOG mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah Oman untuk pendanaan proyek, dan penye­diaan pasokan minyak mentah. Selain itu, mereka juga memiliki kemitraan strategis dengan COI dalam hal dukungan teknis dan pemasaran produk.

Proses pemilihan ini dilak­sanakan berdasarkan skema penugasan pemerintah melalui Keputusan Menteri ESDM 7935 K/10/MEM/2016 tanggal 9 Desember 2016.

"Bahwa konsorsium nantinya di-backup Oman, demikian juga crude supply dari Oman. Ke­mudian nanti untuk technical support marketing dari Cosmo Oil International, baik crude maupun trading arm," ujarnya di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, kemarin.

Ardhy mengatakan, nilai proyek pembangunan diperkira­kan mencapai 10 miliar dolar AS atau sekira Rp130 triliun. Rencananya, melalui kolaborasi ini akan dibangun kilang di Bon­tang dengan kapasitas 300 ribu barel per hari (bph). Kerja sama Pertamina dengan konsorsium akan berbentuk Joint Venture (JV). Nantinya, Pertamina dari sisi finansial Pertamina tidak ikut mendanai proyek.

Meski demikian, Pertamina akan mendapatkan jatah saham sebesar 10% sebelum Final Investment Decision (FID). Namun setelah FID, Pertamina akan melakukan review kem­bali terkait dengan porsi saham untuk ditingkatkan atau tetap sebesar 10 persen.

"Kerja sama ini nanti ful­ly funded oleh konsorsium. Pertamina dalam hal ini tidak sertakan permodalan namun dapatkan minimum 10% share sebagai keikutsertaan di konsor­sium," katanya.

Ardhy menambahkan, kerja sama ini secara normal berlang­sung selama 30 tahun, namun bisa ditambah 20 tahun berikut­nya. "Berdasarkan kondisi tanah lahan di Bontang milik negara. Kalau sistem sewa 30 tahun tam­bah 20 tahun," imbuhnya.

Menurutnya, Pertamina juga berhak memasok hingga 20% dari minyak mentah GRR Bontang. Sedangkan dari sisi product offtake, Pertamina tidak memberikan jaminan offtake serta Pertamina berse­dia bekerja sama untuk joint marketing.

"Jadi, kalau ada excess produk dan butuh marketing ekspor, nanti konsorsium yang akan melakukan ekspor. Kalau dalam negeri ada demand Per­tamina akan ambil sesuai porsi secara marketing business to business konsorsium untuk dipasarkan di dalam negeri," kata Ardhy.

Setelah beroperasi Kilang Bontang nantinya akan mem­produksi gasoline dan avtur, dengan fokus utama untuk me­menuhi kebutuhan dalam negeri. Untuk tahapan selanjutnya, Pertamina dan mitra terpilih akan menandatangani Frame Work Agreement yang dilan­jutkan dengan Feasibility Study (FS), yang akan diselesaikan pada pertengahan 2019, dan dilanjutkan dengan penyusunan engineering package (FEED) hingga akhir 2020. Ditargetkan kilang Bontang beroperasi pada 2025. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA