Senior Manager Public RelaÂtion Garuda Indonesia Ikhsan Rosan mengatakan, penyebab delay tersebut lantaran masalah operasional. Dia menjelaskan, delay terjadi karena pesawat yang mengangkut pilot pengganti beÂlum juga datang. Maka pesawat yang seharusnya menerbangkan penumpang dari Bali berangkat pukul 16.05 WITA, mundur menÂjadi pukul 19.05 WITA.
"Kita mohon maaf, atas kejaÂdian kemarin di Bandara Ngurah Rai Bali pada Minggu (28/1), yang seharusnya
take off pukul 16.00 WITA tapi kami delay. Ini sangat operasional sekali," ucap Ikhsan saat dikonfirmasi
Rakyat Merdeka, kemarin.
Dia mengungkapkan, kejaÂdian delay ini karena pesawat yang membawa pilot pengganti telat datang. Yang mestinya tiba sebelum pukul 16.00 WITA, tapi telat dua jam. Maka pesaÂwat pun menunda penerbangan sementara. "Iya seharusnya pilot pengganti sudah hadir, tapi pesaÂwatnya yang datang mengangkut pilot itu terlambat," jelasnya.
Garuda pun tidak berani menjaÂmin masalah delay ini adalah yang terakhir. Pasalnya menurut peruÂsahaan delay atau keterlambatan penerbangan bisa saja terjadi lagi dengan cara disengaja lewat berbaÂgai pertimbangan atau pun karena ketidaksengajaan. "Persentase sedikit sekali tapi operasional bisa saja terjadi lagi artinya penundaan penerbangan itu ada tapi jarang terjadi," jelasnya.
Dia berharap, penumpang bisa memakluminya karena delay memiliki banyak pertimbangan. Keselamatan dan keamanan menÂjadi alasan utama penerbangan harus delay. "Jika pesawat yang harus ke Bali tapi karena hujan lebat maka tidak bisa mendarat dulu dan harus mendarat semenÂtara ke Surabaya untuk menunggu cuaca membaik di Bali satu hingga dua jam," jelasnya.
Ikhsan mengklaim maskapai kebanggaan Indonesia ini suÂdah memiliki tingkat ketepatan waktu di atas standar.
"Untuk waktu, di Asosiasi maskapai Asia Pacific ontime perforÂmance memasang standar seharusnya 85 persen kalau kita sudah 90 persen itu sudah baik karena di atas standar," ujar ikhsan.
Memurutnya, ontime perforÂmance PT Garuda Indonesia isuÂdah 90 persen dan 10 persennya itu adalah delay. Dimana tingkat 10 persen itu bisa bermacam-macam antara lain bisa karena opersonal,
airport facility, weather, sama technical.
"Ada beberapa faktor yang memÂbuat delay dan itu hanya sedikit sekali persentasenya," katanya.
Salah satu penumpang, Irene Catarine menceritakan sejak mau berangkat tidak ada gejala pesaÂwat bakal delay. "Pesawat kami sesuai jadwal terbang pukul 16.05 WITA. Kami semua penumpang sudah naik ke pesawat. Saat sudah berada di dalam kondisi boarding, HP sudah dimatikan, kok tidak berangkat-berangkat," tutur Irene.
Bahkan Irene mengaku sempat tertidur karena lelah menunggu pesawat yang tidak kunjung terbang. Lama setelah tidak ada tanda-tanda berangkat, terdengar pengumuman dari awak kabin bahwa penerbangan ditunda dan penumpang untuk kembali turun dari pesawat. Hal yang membuat penumpang makin keÂcewa adalah tidak ada penjelasan memadai dari pihak Garuda.
Semua penumpang tak diarahÂkan berkumpul di titik mana, dan akan menumpang pesawat nomor berapa. "Kami dibiarkan begitu saja di ruang tunggu. Akhirnya ada yang ke mana, ke sini, tidak teratur. Juga tak ada kompensasi. Misalnya, penumpang dibolehkan ngopi di tempat mana. KompenÂsasi akan disediakan oleh Garuda. Informasi terakhir ganti kapten (pilot)," imbuhnya.
Total penerbangan Garuda ini mengalami penundaan tiga jam. "Kalau dihitung dari jadwal penerbangan semula pukul 16.05 WITA geser hingga pukul 19.00 WITA, berarti terjadi penundaan sekitar tiga jam," tuturnya.
Pesawat akhirnya terbang dari Bandara Ngurah Rai menuju Bandara Soekarno-Hatta, CengÂkareng, Banten, pukul 19.15 WITA Tiba di Bandara SoekarÂno-Hata pukul 20.22 WIB.
Sebelumnya, Ketua Umum Serikat Karyawan Garuda (Sekarga) Ahmad Irfan membeberkan peÂnyebab masalah tertundanya (delay) penerbangan pada Desember 2017.
Menurutnya, pesawat telat karena pada 10 November 2017 teÂlah dilakukan pergantian sistem penugasan petugas kabin dan piÂlot di Garuda Indonesia. Sistem tersebut bikin delay karena beÂlum bekerja secara sempurna.
"10 November kita ganti sistem penugasan pilot dan awak kabin tanggal 1 Desember GuÂnung Agung meletus sistem ini belum sempurna," kata Ahmad, beberapa waktu lalu. ***
BERITA TERKAIT: