Ketua Kamar dagang dan inÂdustri (Kadin) Indonesia IndoneÂsia Rosan Roselani mengatakan, secara keseluruhan perekonoÂmian dunia akan mengalami keÂnaikan. "Pertumbuhan ekonomi akan sangat dipengaruhi oleh perdagangan dengan luar negÂeri," ujarnya, kemarin.
Ia mengungkapkan, harga komoditas yang membaik juga akan mempengaruhi pertumbuÂhan perekonomian menjadi lebih baik. Walaupun komoditas tidak bisa menjadi tulang punggung perekonomian Tanah Air.
Tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuarÂtal II-2017 hanya mencapai 5,06 persen atau secara kumulatif pertumbuhan ekonomi IndoneÂsia hanya mencapai 5,03 persen. kendati begitu, Rosan optimistis, tahun depan angka tersebut seÂcara rata-rata akan lebih baik.
Namun, estimasi pertumbuhan ekonomi berdasarkan hitungan Kadin tak terlalu menanjak sepÂerti asumsi pemerintah. Maklum saja, pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018, pemerintah teÂlah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen.
"Kajian awal yang kita lakuÂkan di Kadin lebih ke pertumbuÂhan 5,2 persen," kata Rosan.
Menurutnya, untuk penyeraÂpan investasi ada kemungkinan investor akan wait and see, mengingat 2018 merupakan tahun politik, serta masih terjadi transisi shifting belanja online. Tapi secara keseluruhan, perÂlambatan daya beli yang saat ini terjadi hanya secara temporal.
"Menurut saya, ini hanya bersifat sementara karena pada intinya pertumbuhan kita akan tetap stabil, hanya perlu sedikit push untuk berjalan seperti biasa," jelas dia.
Saat ini pelaku usaha masih kesulitan oleh banyaknya reguÂlasi dari pusat hingga daerah yang menghambat bisnis. Hal itu makin rumit ketika pembatalan sejumlah Peraturan Daerah (Perda) oleh Kementerian DaÂlam Negeri (Kemendagri) tak bisa dilakukan lagi.
Ia mengatakan, hal tersebut menambah pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk memÂpermudah dunia usaha di TaÂnah Air. Salah satu yang bisa mendongrak dunia usaha, yaitu kerja sama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta. "Kami melihat sinergi berkualiÂtas dapat dibangun atas dasar profesional," kata Rosan.
Ia mengungkapkan, kerja sama yang dibangun harus seÂsuai aturan hukum yang ada. Sebab, banyak kasus korupsi terjadi dalam bisnis pengadaan barang.
"Untuk itu, kita harus di jalur hukum yang tepat dan berada dalam kaidah best practice. Karena korporasi bisa terkena tindak pidana korupsi oleh KPK (Komisi Pemberantasan KoruÂpsi)," paparnya.
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (
Internasional Monetary Fund/IMF) memÂperkirakan pertumbuhan ekonoÂmi Indonesia mencapai 5,3 persen pada 2018. Hal itu karena disumbang meningkatnya konÂtribusi ekspor dan investasi.
Pimpinan Misi IMF untuk Indonesia Luis E Breur mengaÂtakan, permintaan domestik juga akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan kredit perbankan. Namun, meningkatnya permintÂaan domestik itu masih dalam laju moderat.
"Perekonomian Indonesia terus berjalan dengan baik, didukung oleh kebijakan makroekonomi yang hati-hati, peningkatan perÂtumbuhan ekonomi global dan harga komoditas, dan upaya berkelanjutan untuk memperkuat daya saing," ujar Breur.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyaÂtakan, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2018 oleh lMF) tidak berbeda jauh dengan pemerintah. "Kami mendiskusiÂkan, IMF membacanya seperti apa kondisi makro ekonomi InÂdonesia. Tidak ada perbedaan sangat besar, dan kalaupun ada mengenai faktor-faktor pendorÂong pertumbuhan ekonomi," jelas Sri Mulyani. ***
BERITA TERKAIT: