Pertamina Ngarep Harga BBM Naik Tahun Depan

Jumat, 17 November 2017, 09:47 WIB
Pertamina Ngarep Harga BBM Naik Tahun Depan
Foto/Net
rmol news logo PT Pertamina berharap pemerintah bisa menyesuaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) penugasan jenis Premium dan Solar bersub­sidi pada tahun depan. Pasalnya, saat ini perusahaan minyak dan gas (migas) pelat merah itu mengaku terbebani dengan harga yang ditetapkan pemerintah.

Direktur Pemasaran Pertami­na Muchamad Iskandar mengatakan harga Premium sejak April 2016 tak berubah, yakni masih tetap Rp 6.550 per liter di Jamali (Jawa, Madura, Bali). Harga Solar juga tidak berubah, tetap di harga Rp 5.150 per liter. Padahal, harga minyak dunia terus mengalami kenaikan.

"Tahun lalu harga minyak dunia hanya 37 dolar per barel. Saat ini, harga minyak dunia sudah nyaris 60 dolar per barel. Mestinya harga ikut, kita ber­harap harga BBM jenis Premium dan Solar pada awal tahun depan bisa mengikuti formula harga yang ditetapkan pemerintah," kata Iskandar di Jakarta.

Iskandar melanjutkan, jika formula dilaksanakan sesuai ketetapan, maka harga untuk Premium sekitar Rp 7.150 per liter. Sementara untuk harga So­lar masih dihitung keekonomian harganya.

"Kita akan mengikuti formula harga yang sudah dibuat. Peneta­pan harga BBM akan disesuai­kan dengan pergerakan harga minyak dunia," kata Iskandar.

Meski begitu, Pertamina tetap mengembalikan kebijakan penetapan harga BBM kepada pe­merintah. "Itu kewenangan pe­merintah. Tapi jika ikut formula, harga harusnya naik. Sebagai perusahaan yang 100 persen sa­hamnya milik negara, Pertamina tentu akan mengikuti putusan pemerintah," ujarnya.

Saat ini Pertamina tetap men­jalankan penugasan BBM satu Harga di seluruh wilayah Indo­nesia. Dana yang disiapkan sam­pai 2019 mencapai Rp 3 triliun. Biaya besar itu utamanya dari ongkos penyaluran BBM.

"Untuk mengirimkan BBM ke pelosok Indonesia dengan pe­sawat, membutuhkan biaya Rp 23.000 per liter, belum termasuk biaya pengangkutan darat. Se­mentara harga jual solar hanya RP 5.150 per liter," ujarnya.

Dengan besarnya biaya itu, Pertamina menghitung akan ada tambahan operating expenses (OPEX) hingga Rp 1 triliun untuk BBM Satu Harga.

"Kami pernah submit Rp 800 miliar hingga Rp 1 triliun untuk operasi tambahan biaya opex-nya di luar yang rutin. Itu jika beroperasi penuh 54 lokasi. Jika ditambah dengan pembangunan 52 lembaga penyalur BBM Satu Harga tahun depan, biaya operasi Rp 2 triliun–Rp 3 trillun hingga 2019," tegas Iskandar. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA